Lompat ke isi

Paus Stefanus VI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Paus Formosus dan Stefanus VI oleh Jean Paul Laures
Paus

Stefanus VI
Awal masa kepausan
Mei 896
Akhir masa kepausan
Juli/Agustus 897
PendahuluBonifasius VI
PenerusRomanus
Informasi pribadi
Nama lahirtidak diketahui
Lahirtidak diketahui
MeninggalJuli/Agustus(?) 897
tempat tidak diketahui
Paus lainnya yang bernama Stefanus

Paus Stefanus VI adalah seorang pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang menjabat sebagai Uskup Roma dan Paus sejak tahun 896 hingga 897. Masa kepausannya tercatat dalam sejarah gereja sebagai salah satu periode yang paling kontroversial, khususnya karena peristiwa terkenal yang disebut "Sinode Jenazah" atau Synodus Horrenda. Tindakannya selama menjadi Paus mencerminkan ketegangan politik yang tajam pada akhir abad ke-9, ketika kekuatan duniawi sering kali memengaruhi keputusan rohani.

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Stefanus VI lahir di Roma pada awal abad ke-9. Informasi tentang keluarganya dan kehidupan awalnya sangat terbatas, tetapi diketahui bahwa ia adalah seorang pendeta yang memiliki latar belakang teologi dan hukum kanon. Sebelum diangkat sebagai Paus, ia melayani sebagai Uskup Anagni, sebuah keuskupan penting di wilayah Latium. Ia dianggap sebagai seorang yang berpengalaman dalam administrasi gerejawi dan dekat dengan faksi politik tertentu yang mendukung Wangsa Spoleto.

Konteks Historis

[sunting | sunting sumber]

Masa kepausan Stefanus VI berada dalam situasi kacau setelah wafatnya Paus Formosus (891–896). Konflik antara berbagai faksi politik di Italia, khususnya antara Wangsa Spoleto dan pihak-pihak lain yang mendukung Kekaisaran Romawi Suci, menciptakan suasana tegang di Roma. Wangsa Spoleto, yang memiliki pengaruh besar atas Stefanus VI, memainkan peran kunci dalam pengangkatannya sebagai Paus.

Sinode Jenazah

[sunting | sunting sumber]
Jean-Paul Laurens, Le Pape Formose et Étienne VII ("Paus Formosus dan Stefanus VII"), 1870. Catatan: Stefanus VII sekarang disebut Stefanus VI.

Peristiwa paling terkenal selama masa kepausan Stefanus VI adalah pengadilannya terhadap jenazah Paus Formosus, yang dikenal sebagai "Sinode Jenazah." Pada awal tahun 897, atas dorongan Wangsa Spoleto, Stefanus VI memerintahkan agar jasad Formosus, yang telah meninggal sembilan bulan sebelumnya, digali dari makamnya.

Jenazah itu kemudian dibawa ke ruang sidang di Basilika Santo Yohanes Lateran. Mengenakan jubah kepausan, jenazah Formosus "diadili" atas tuduhan melanggar hukum kanon dan menduduki takhta kepausan secara tidak sah. Dalam sidang ini, seorang diakon diangkat untuk "mewakili" Formosus, sementara Stefanus VI memimpin pengadilan dengan penuh murka.

Formosus dinyatakan bersalah, dan hukuman dijatuhkan: semua dekret dan tindakan yang dibuat selama masa kepausannya dibatalkan, jubah kepausan dirobek dari jenazahnya, dan dua jari tangan kanan yang digunakan untuk pemberkatan dipotong. Jenazah itu kemudian diseret melalui jalan-jalan Roma dan akhirnya dibuang ke Sungai Tiber.

Sinode ini menimbulkan skandal besar di kalangan umat Kristen, menyebabkan gelombang ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Stefanus VI. Banyak yang melihat tindakan ini sebagai penghinaan terhadap kesucian jabatan kepausan.

Kejatuhan dan Akhir Hidup

[sunting | sunting sumber]

Kemarahan rakyat Roma terhadap Stefanus VI semakin memuncak. Ketegangan ini memuncak pada musim panas tahun 897 ketika terjadi pemberontakan di kota Roma. Stefanus VI ditangkap dan dipenjara. Beberapa bulan kemudian, ia ditemukan tewas dalam penjara, diduga dibunuh melalui pencekikan atas perintah lawan-lawan politiknya.

Kematian Stefanus VI mengakhiri salah satu babak tergelap dalam sejarah kepausan, tetapi warisannya tetap menjadi pengingat akan bahaya ketika politik duniawi mencampuri urusan rohani.

Warisan dan Penilaian

[sunting | sunting sumber]

Meskipun kepausannya singkat, tindakan Stefanus VI meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Gereja Katolik. Sinode Jenazah dianggap sebagai simbol korupsi dan kekacauan yang melanda kepemimpinan gerejawi selama periode Abad Pertengahan. Paus-paus berikutnya, termasuk Paus Sergius III, mengonfirmasi keputusan terhadap Formosus, tetapi sebagian besar kepemimpinan gereja kemudian mengutuk Sinode Jenazah dan mengembalikan kehormatan Formosus.

Dalam perspektif sejarah, Stefanus VI sering dilihat sebagai korban dan pelaku dari intrik politik yang kompleks. Kisahnya mengingatkan bahwa kepemimpinan spiritual harus selalu menjaga kemurnian dan menjauh dari pengaruh politik yang merusak.


Didahului oleh:
Bonifasius VI
Paus
896897
Diteruskan oleh:
Romanus

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Ekkehard, "Chronicon Medii Aevi"
  2. Mann, Horace K. The Lives of the Popes in the Early Middle Ages, Volume IV.
  3. Loughlin, James F. "Pope Stephen (VI) VII" dalam The Catholic Encyclopedia.