Paus Yohanes XI
Paus Yohanes XI | |
---|---|
Awal masa kepausan | 931 |
Akhir masa kepausan | desember 935 |
Pendahulu | Stefanus VII |
Penerus | Leo VII |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Yohanes |
Lahir | 910 Roma, Italia |
Meninggal | desember 935 Roma, Italia |
Paus lainnya yang bernama Yohanes |
Paus Yohanes XI (Johannes XI, lahir sekitar tahun 910 – wafat Desember 935) adalah Paus Gereja Katolik Roma yang menjabat dari Maret 931 hingga wafatnya pada tahun 935. Ia memimpin Tahta Suci pada masa yang dikenal sebagai "Saeculum Obscurum" atau "Zaman Kegelapan", periode yang ditandai dengan pengaruh besar keluarga bangsawan Roma atas kepemimpinan Gereja. Yohanes XI merupakan salah satu paus yang paling kontroversial dalam sejarah karena keterkaitannya dengan dinasti Tusculum, khususnya ibunya, Marozia, yang dikenal memiliki pengaruh besar dalam urusan gerejawi dan politik Roma.
Kehidupan Awal
[sunting | sunting sumber]Yohanes XI lahir di Roma sekitar tahun 910. Ia adalah putra Marozia, seorang bangsawan wanita yang sangat berkuasa dari keluarga Tusculum. Ayah Yohanes XI masih diperdebatkan. Beberapa sumber kuno, termasuk Liutprand dari Cremona, menyebut bahwa ia adalah putra tidak sah dari Paus Sergius III, sementara sumber lain mengidentifikasi ayahnya sebagai Alberic I dari Spoleto, suami Marozia.
Sejak masa mudanya, Yohanes telah diarahkan untuk menjadi seorang rohaniwan, mengikuti tradisi keluarga Tusculum yang menggunakan jabatan keagamaan untuk memperkuat kekuasaan politik mereka. Didikan teologi yang ia terima berada di bawah pengawasan keluarga, yang memastikan ia tetap setia pada ambisi dinasti mereka.
Pemilihan sebagai Paus
[sunting | sunting sumber]Yohanes XI naik menjadi Paus pada Maret 931, saat ia baru berusia sekitar 20 tahun. Pemilihannya diyakini sangat dipengaruhi oleh ibunya, Marozia, yang saat itu memegang kendali penuh atas Roma sebagai penguasa de facto. Sebagai Paus, Yohanes XI menjadi alat bagi Marozia untuk mengokohkan pengaruhnya atas Gereja Katolik Roma. Meskipun demikian, Yohanes XI juga berusaha menjalankan tugas keagamaan dan administratifnya dengan integritas tertentu, meskipun dalam bayang-bayang kekuasaan keluarganya.
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Masa pemerintahan Yohanes XI tidak lepas dari konflik internal dan intrik politik. Marozia, yang menikah dengan Alberic II dari Spoleto, berusaha menjadikan putranya, Yohanes XI, sebagai penguasa tertinggi Roma. Namun, kekuasaan keluarga Tusculum tidak berlangsung lama. Alberic II, saudara tiri Yohanes XI, memberontak melawan ibunya pada tahun 932, menyingkirkan Marozia dari kekuasaan dan memenjarakannya. Setelah pemberontakan ini, Yohanes XI kehilangan kendali atas urusan politik Roma dan menjadi bawahan Alberic II, yang kemudian memerintah sebagai Pangeran Roma.
Sebagai Paus, Yohanes XI berusaha menjalankan tugas spiritualnya, termasuk memberikan peneguhan atas berbagai keputusan sinode, meskipun pengaruhnya dalam pemerintahan sehari-hari sangat terbatas. Pada masa ini, otoritas kepausan terus melemah akibat campur tangan politik dari keluarga-keluarga bangsawan Roma.
Akhir Hidup dan Warisan
[sunting | sunting sumber]Yohanes XI wafat pada Desember 935 di Roma. Ia meninggalkan warisan yang penuh kontroversi, karena masa kepemimpinannya lebih dikenal sebagai simbol pengaruh keluarga bangsawan atas Tahta Suci daripada dedikasi spiritual dan moralitas kepemimpinan Gereja.
Yohanes XI sering dipandang sebagai korban dari situasi politik yang korup pada masanya. Namanya tercatat dalam sejarah sebagai Paus yang hidup di bawah bayang-bayang keluarganya, khususnya ibunya, Marozia. Masa pemerintahannya mencerminkan tantangan besar yang dihadapi Gereja pada abad ke-10, yaitu ketegangan antara spiritualitas dan politik.
Catatan Historis
[sunting | sunting sumber]Kepemimpinan Yohanes XI telah menjadi bahan perdebatan di antara para sejarawan. Beberapa memandangnya sebagai sosok yang lemah, sementara yang lain melihatnya sebagai korban manipulasi politik keluarganya. Namun, sebagian besar setuju bahwa masa pemerintahannya mencerminkan pergumulan Gereja dalam menjaga integritas spiritualnya di tengah intrik politik yang memecah belah Roma.
Didahului oleh: Stefanus VII |
Paus 931 – 935 |
Diteruskan oleh: Leo VII |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Liutprand of Cremona, Antapodosis.
- John Norwich, The Popes: A History.
- Horace Mann, The Lives of the Popes in the Early Middle Ages.
- Ferdinand Gregorovius, History of Rome in the Middle Ages.