Paus Yohanes XII
Paus Yohanes XII | |
---|---|
![]() | |
Awal masa kepausan | 955 |
Akhir masa kepausan | 14 Mei 964 |
Pendahulu | Agapitus II |
Penerus | Leo VIII |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Oktavianus |
Lahir | 937 Roma, Italia |
Meninggal | 14 Mei 964 Roma, Italia |
Paus lainnya yang bernama Yohanes |
Paus Yohanes XII (nama lahir Ottaviano di Spoleto, lahir sekitar tahun 937 – wafat 14 Mei 964) adalah Paus Gereja Katolik Roma dari tahun 955 hingga 964. Ia dikenal sebagai salah satu Paus termuda yang terpilih dalam sejarah Gereja, dan masa pontifikatnya penuh kontroversi akibat gaya hidupnya yang dianggap tidak sesuai dengan standar moral seorang pemimpin Gereja. Yohanes XII juga memiliki peran penting dalam hubungan antara Gereja dan Kekaisaran Romawi Suci selama abad ke-10, terutama dalam kaitannya dengan Kaisar Otto I.
Masa Muda
[sunting | sunting sumber]Ottaviano di Spoleto lahir pada tahun 937 di Tusculum, Italia. Ia adalah putra Alberico II, seorang bangsawan yang menguasai wilayah Roma dan sekitarnya. Alberico II memegang pengaruh besar atas Gereja Roma dan memastikan bahwa putranya akan mewarisi kekuasaan spiritual dan sekuler. Pada usia yang sangat muda, Ottaviano telah dipersiapkan untuk menjadi Paus, dan setelah kematian Paus Agapetus II pada tahun 955, ia terpilih menjadi Paus pada usia 18 tahun.
Setelah menjadi Paus, ia memilih nama Yohanes XII. Pemilihan ini mungkin dimaksudkan untuk menghormati Santo Yohanes Rasul, tetapi ada juga anggapan bahwa ia ingin menghubungkan dirinya dengan pendahulu-pendahulu yang lebih terhormat.
Pontifikat Yohanes XII
[sunting | sunting sumber]Hubungan dengan Otto I
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 962, Yohanes XII menghadapi ancaman dari berbagai bangsawan Italia yang ingin merebut kendali atas Roma. Dalam upaya mempertahankan posisinya, ia meminta bantuan Otto I, Raja Jerman, yang telah berhasil mengonsolidasikan kekuasaan di Eropa Tengah. Sebagai imbalannya, Yohanes XII memahkotai Otto I sebagai Kaisar Romawi Suci pada tanggal 2 Februari 962 di Basilika Santo Petrus.
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Otto I mengesahkan Privilegium Ottonianum, yang memberikan perlindungan kepada Paus tetapi juga memastikan bahwa Kekaisaran memiliki pengaruh atas pemilihan Paus di masa depan. Hubungan antara Yohanes XII dan Otto I, meskipun awalnya bersifat saling menguntungkan, segera memburuk karena Yohanes merasa bahwa Otto terlalu mencampuri urusan Gereja.
Gaya Hidup dan Kontroversi
[sunting | sunting sumber]Yohanes XII dikenal karena gaya hidupnya yang mewah dan sering kali dianggap tidak bermoral. Beberapa catatan sejarah, termasuk dari Liber Pontificalis dan kronik Liutprand dari Cremona, menuduh Yohanes terlibat dalam perjudian, pesta pora, dan hubungan seksual yang tidak pantas. Tuduhan ini telah menyebabkan Yohanes XII menjadi salah satu Paus yang paling kontroversial dalam sejarah Gereja Katolik.
Namun, beberapa sejarawan modern berpendapat bahwa catatan tentang gaya hidup Yohanes XII mungkin dibesar-besarkan oleh musuh-musuh politiknya, termasuk Otto I, yang ingin mendiskreditkan otoritas Paus.
Pemakzulan dan Konflik
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 963, Otto I mengadakan sebuah sinode di Roma yang menuduh Yohanes XII melakukan perbuatan tidak bermoral dan pengkhianatan. Sinode tersebut memakzulkan Yohanes XII dan mengangkat Leo VIII sebagai Paus pengganti. Yohanes, yang pada saat itu telah melarikan diri dari Roma, tidak menerima keputusan ini dan memobilisasi pendukungnya untuk merebut kembali tahta kepausan.
Pada awal tahun 964, Yohanes XII kembali ke Roma dan berhasil menggulingkan Leo VIII. Namun, pemerintahannya yang kedua ini berlangsung singkat, karena pada tanggal 14 Mei 964, Yohanes XII wafat secara mendadak. Beberapa sumber menyatakan bahwa ia meninggal akibat stroke saat sedang bersama seorang wanita, sementara yang lain menyebut bahwa ia dibunuh oleh seorang suami yang cemburu.
Warisan
[sunting | sunting sumber]Yohanes XII sering dianggap sebagai contoh dari korupsi dan dekadensi dalam kepemimpinan Gereja pada Abad Pertengahan. Namun, pontifikatnya juga menunjukkan kompleksitas hubungan antara Gereja dan Kekaisaran pada masa itu, serta tantangan yang dihadapi Paus dalam mempertahankan otonomi Gereja.
Meskipun masa kepemimpinannya penuh dengan skandal, Yohanes XII tetap menjadi figur penting dalam sejarah Gereja Katolik, yang mencerminkan perjuangan Gereja untuk menyeimbangkan kekuasaan spiritual dan politik selama Abad Pertengahan.
Didahului oleh: Agapitus II |
Paus 955–964 |
Diteruskan oleh: Leo VIII |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Liber Pontificalis.
- Liutprand dari Cremona, Antapodosis.
- Norwich, John Julius. The Popes: A History.