Lompat ke isi

Stasiun Jakarta Kota

Koordinat: 6°8′15.284″S 106°48′52.682″E / 6.13757889°S 106.81463389°E / -6.13757889; 106.81463389
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Stasiun Jakarta)
Stasiun Jakarta Kota
Kereta Api Indonesia KAI Commuter
B01TP01

Fasad Pintu Utara Stasiun Jakarta Kota 2021
Lokasi
Koordinat6°8′15.284″S 106°48′52.682″E / 6.13757889°S 106.81463389°E / -6.13757889; 106.81463389
Ketinggian+4 m
Operator
Otoritas transitBadan Pengelola Transportasi Jabodetabek
Letak
km 0+000[1]
Jumlah peronEnam peron teluk dengan dua peron sisi dan lima peron pulau
Jumlah jalur11
LayananLintas selatan Jawa: Kutojaya Utara
Komuter: Commuter Line (Bogor dan Tanjung Priuk)
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
ArsitekFrans Johan Louwrens Ghijsels
Gaya arsitekturArt Deco
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka8 Oktober 1929; 95 tahun lalu (1929-10-08)
Nama sebelumnyaStation Batavia-Benedenstad dan Djakarta
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Terminus Commuter Line Bogor
Jakarta Kota–Bogor
Jayakarta
menuju Bogor
Commuter Line Bogor
Jakarta Kota–Nambo
Jayakarta
menuju Nambo
Commuter Line Tanjung Priuk
Tanjung Priuk–Jakarta Kota
Kampung Bandan
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Transjakarta Halte berikutnya
Glodok
menuju Blok M
Koridor 1
Terminus
transfer di Kota
Museum Sejarah Jakarta
Perjalanan satu arah
Glodok
menuju Damai
Koridor 3
Terminus
transfer di Kota
Museum Sejarah Jakarta
Perjalanan satu arah
Koridor 12
transfer di Kota
Mangga Dua Raya
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Glodok Lin Utara–Selatan
dalam pembangunan
transfer di Kota
Terminus
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Layanan pelanggan Musala Toilet Mesin tiket Cetak tiket mandiri Pemesanan langsung di loket Ruang/area tunggu Tempat naik/turun Jalur difabel Isi baterai Galeri ATM Restoran Air minum 
Cagar budaya Indonesia
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota (BEOS)
KategoriBangunan
No. RegnasRNCB.20050425.02.000582
Tanggal SK1993
PemilikPT Kereta Api Indonesia (Persero)
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Jakarta Kota (JAKK) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta, dan merupakan satu dari sedikit stasiun di Indonesia yang bertipe stasiun terminus (ujung) yang tidak memiliki jalur lanjutan lagi. Dengan luas 3,25 ha (8,0 ekar),[3] stasiun ini merupakan stasiun terluas kedua di Provinsi DKI Jakarta. Stasiun Jakarta Kota juga merupakan salah satu dari lima stasiun utama di DKI Jakarta, melayani sebagian kecil kereta api antarkota lintas tengah Pulau Jawa beserta komuter menghubungkan wilayah selatan dan utara Jabodetabek seperti Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bogor, Jawa Barat.

Stasiun ini dikenal pula dengan sebutan Stasiun Beos atau Stasiun Kota, walaupun nama asli stasiun ini adalah Stasiun Batavia-benedenstad dan sejak zaman pendudukan Jepang, mulai menggunakan nama Djakarta (Stasiun Jakarta aslinya merujuk pada stasiun ini). Nama "Stasiun Kota" juga dapat merujuk kepada Stasiun Surabaya Kota.

Keberadaan Stasiun Jakarta Kota pada saat ini diperdebatkan karena hendak direnovasi dengan penambahan ruang komersial. Padahal stasiun ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Selain bangunannya kuno, stasiun ini merupakan stasiun tujuan terakhir perjalanan. Seperti halnya Stasiun Surabaya Kota atau Stasiun Semut di Kota Surabaya, Jawa Timur yang merupakan cagar budaya, tetapi juga terjadi renovasi yang dinilai kontroversial.

Nama Beos pada julukan stasiun ini memiliki banyak versi. Pertama, nama Beos mengacu pada nama stasiun Batavia BOS Bataviasche Oosterspoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), yang berada pada lokasi yang sama sebelum dibongkar.[4] Perusahaan ini adalah sebuah perusahaan kereta api swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan Sekitarnya, yang berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.[5]

Sebenarnya, masih ada nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini, yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan.[4] Nama ini muncul karena pada akhir abad ke-19, Batavia sudah memiliki lebih dari dua stasiun kereta api. Satunya adalah Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara) yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang. Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, dan merupakan terminus untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Pada tahun 1913 jalur Batavia-Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staatsspoorwegen. Pada waktu itu kawasan Jatinegara dan Tanjung Priok belum termasuk gemeente Batavia.[5]

Batavia Zuid, awalnya dibangun sekitar tahun 1887, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk direnovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.[6]

Di balik kemegahan stasiun ini, tersebutlah nama seorang arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, 8 September 1882, yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels.[5] Bersama teman-temannya seperti Hein von Essen dan F. Stolts, lelaki yang menamatkan pendidikan arsitekturnya di Delft itu mendirikan biro arsitektur Algemeen Ingenieur Architectenbureau (AIA). Karya biro ini bisa dilihat dari gedung Departemen Perhubungan Laut di Medan Merdeka Timur dan Rumah Sakit PELNI di Petamburan yang keduanya di Jakarta serta Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta.

Stasiun ini, pada zaman kolonial ada dua, yaitu Batavia NIS (Batavia Noord) dan Batavia BOS (Batavia Zuid).[4] Setelah kedua stasiun tersebut dibeli oleh pemerintah kolonial, perusahaan kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen, berencana untuk membangun stasiun besar baru di atas lahan Stasiun Batavia BOS yang mulai ditutup sejak tahun 1923. Sebagai gantinya, maka stasiun Batavia Noord eks-NIS yang berjarak 200 meter ke arah Utara sebagai stasiun utama untuk melayani penumpang. Tahun 1926, stasiun eks-BOS mulai dibongkar. Pembangunan ini adalah proyek dari pembangunan gedung stasiun milik negara, maka Burgerlijke Openbare Werken, (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda), terlibat dalam pembangunannya.

Stasiun Beos merupakan karya besar Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana meski bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju keindahan.[5]

Masa kini

[sunting | sunting sumber]

Stasiun Jakarta Kota akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya melalui surat keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tahun 1993. Walau masih berfungsi, di sana-sini terlihat sudut-sudut yang kurang terawat. Keberadaannya pun mulai terusik dengan adanya kabar pembangunan mal di atas bangunan stasiun. Demikian pula kebersihannya yang kurang terawat, sampah berserakan di rel-rel kereta. Selain itu, banyak orang yang tinggal di samping kiri kanan rel di dekat stasiun mengurangi nilai estetika stasiun ini. Kini pihak KAI melalui Unit Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah telah mulai menata stasiun bersejarah ini.

Bangunan dan tata letak

[sunting | sunting sumber]
Dua kereta api komuter tujuan Bogor di Stasiun Jakarta Kota

Stasiun ini awalnya memiliki dua belas jalur kereta api dengan jalur 4 dan 5 merupakan sepur lurus jalur ganda dari dan ke arah Kampung Bandan Bawah-Pasar Senen-Jatinegara, jalur 8 dan 9 merupakan sepur lurus jalur ganda dari dan ke arah Kampung Bandan atas-Tanjung Priuk, serta jalur 11 dan 12 merupakan sepur lurus jalur ganda layang dari dan ke arah Gambir-Manggarai. Namun, saat ini jumlah jalurnya berkurang menjadi sebelas jalur karena jalur 1 yang lama sudah ditutup dan diubah menjadi ruang tunggu penumpang beberapa kereta api antarkota yang pelayanan rutenya berterminus di stasiun ini.

Mulai Februari 2022 sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens tipe SSI di sepanjang jalur layang tersebut sudah digantikan dengan yang terbaru produksi PT Len Industri. Penomoran jalur di stasiun ini diubah dengan mengurangi semua nomor jalurnya dengan angka satu. Sebelum menggunakan sinyal elektrik, stasiun Jakarta Kota menggunakan sinyal mekanik yang dibilang cukup unik: sinyal panggung dengan dua lengan sinyal dalam satu tiang.

Salah satu hal yang unik dari stasiun ini adalah bangunan peronnya yang mirip dengan bangunan peron pulau di Stasiun Jember, yaitu berupa kanopi memanjang dengan atap berbentuk huruf V yang disangga struktur kantilever kolom tunggal dari baja.

Stasiun Jakarta Kota juga berfungsi sebagai tempat istirahat sementara bagi layanan kereta api antarkota sebelum dipersiapkan pemberangkatannya di Stasiun Gambir, namun layanan kereta api antarkota dari Stasiun Pasar Senen dipindahkan tempat peristirahatan sementara ke Depo Lokomotif Cipinang yang terletak di Jatinegara, Jakarta Timur. Di sebelah timur laut stasiun ini terdapat depo kereta yang terhubung langsung dengan jalur 9.

Stasiun ini terakhir direnovasi pada tahun 2019, salah satunya berupa penambahan ruang tunggu baru untuk kereta api jarak jauh.[7] Per 23 Februari 2020, wesel-wesel inggris dan scissors stasiun yang telah digunakan selama hampir lima puluh tahun kini sudah diganti dengan yang terbaru.[8]

B01TP01

G Pintu masuk/keluar sisi utara
Hall stasiun Peron sisi
Jalur 1 Jalur parkir rangkaian kereta api
Jalur 2 Jalur parkir rangkaian kereta api
Peron teluk
Jalur 3 ← Jalur sepur ujung      Commuter Line Bogor
Jalur 4      Commuter Line Bogor menuju Bogor (Jayakarta)
Peron teluk
Jalur 5 Parkir kereta api antarkota
Jalur 6 Parkir kereta api antarkota
Peron teluk
Jalur 7 ← Jalur sepur ujung      Commuter Line Tanjung Priuk
Jalur 8      Commuter Line Tanjung Priuk menuju Tanjung Priuk (Kp. Bandan)
Peron teluk
Jalur 9 Parkir kereta api antarkota

Sepur lurus dari dan ke arah depo kereta

Jalur 10      Commuter Line Bogor menuju Bogor (Jayakarta)
Peron teluk
Jalur 11      Commuter Line Bogor menuju Bogor (Jayakarta)
Peron sisi
G Pintu masuk/keluar sisi selatan

Pada budaya populer

[sunting | sunting sumber]

Stasiun ini dijadikan salah satu lokasi syuting video musik oleh sejumlah grup musik dan penyanyi, seperti Krakatau dalam lagu yang berjudul Kau Datang pada tahun 1989, Padhyangan Project dalam lagu Antrilah di Loket pada tahun 1996, TIC Band dalam lagu Terbaik Untukmu pada tahun 2001, film Cinlok pada tahun 2008, Kotak dalam lagu Selalu Cinta pada tahun 2013, penyanyi Kunto Aji dalam lagu debutnya yang berjudul Terlalu Lama Sendiri pada tahun 2014, dan Maudy Ayunda dalam lagu Jakarta Ramai pada tahun 2016.

Layanan kereta api

[sunting | sunting sumber]
Depo Stasiun Jakarta Kota

Sejak sekitar tahun 2013-2014 semua kereta api penumpang antarkota yang dahulu memiliki terminus ke Stasiun Jakarta Kota dialihkan ke Stasiun Pasar Senen, antara lain KA Gumarang, KA Gaya Baru Malam Selatan, KA Tegal Arum (sekarang tidak beroperasi lagi), dan KA Serayu. Pemindahan juga dilakukan ke Gambir untuk KA Argo Parahyangan dan KA Gajayana. Sejak tanggal 9 Februari 2017 semua perjalanan KA lokal Daop I bagian timur (KA Walahar Ekspres/Lokal Purwakarta dan KA Jatiluhur/Lokal Cikampek) dipindahkan ke Stasiun Tanjung Priuk.[9]

Sejak tanggal 29 Mei 2019, tiga perjalanan kereta api jarak jauh dan menengah kelas ekonomi yang semula berakhir di Stasiun Pasar Senen (KA Jayakarta, Menoreh, dan Kutojaya Utara), dipindahkan ke Stasiun Jakarta Kota.[10][11] Dengan berlakunya Gapeka 2021 tanggal 10 Februari 2021, maka stasiun terminus KA Jayakarta dikembalikan lagi ke Stasiun Pasar Senen untuk memudahkan pelayanan penumpang kereta api rangkaian panjang.

Mulai 1 Juni 2023 sejak diberlakukan Gapeka 2023, keberangkatan KA Menoreh dikembalikan ke Stasiun Pasar Senen karena okupansi yang minim di Stasiun Jakarta Kota.

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[12]

Antarkota

[sunting | sunting sumber]
Lintas selatan Jawa
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Kutojaya Utara Ekonomi Premium Jakarta Kota Kutoarjo Via Cirebon PrujakanPurwokerto
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
Commuter Line Bogor Jakarta Kota Bogor
Depok
Nambo (sebagian jadwal)
Commuter Line Tanjung Priuk Tanjung Priuk
Commuter Line Cikarang (half racket via Pasar Senen) Cikarang
Bekasi
Tambun (sebagian jadwal)
Hanya pada jadwal malam dan dini hari

Pada 26 Desember 2014 pukul 06.30, lokomotif CC201 89 07 menabrak peron di Stasiun Jakarta Kota, pada saat melangsir rangkaian kereta api Argo Parahyangan. Lokomotif tersebut melampaui batas aman berhenti, sehingga meloncat keluar rel kemudian menggerus lantai peron. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.[13]

Antarmoda pendukung

[sunting | sunting sumber]
Jenis angkutan umum Trayek/koridor Tujuan
BRT Transjakarta Blok M–Kota (di halte Kota)
Tanjung Priok-Pluit (di halte Kota)
Bus kota Transjakarta 1A Pantai Maju PIK–Balai Kota (di halte Kota)
12A Stasiun Jakarta Kota–Pelabuhan Kaliadem (di halte Kota)
12B Pluit–Senen via Pasar Ikan–Muara Karang (di halte Kota)
Mikrotrans Transjakarta JAK 10 Stasiun Jakarta Kota-Stasiun Tanah Abang (integrasi ke )
JAK 13 Stasiun Jakarta Kota-Stasiun Tanah Abang (integrasi ke )
JAK 33 Stasiun Jakarta Kota–Terminal Pulo Gadung (integrasi ke )
JAK 118 Terminal Kota Intan-Taman Waduk Papanggo
JAK 120 Terminal Muara Angke-Jakarta International Stadium

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Triyono 2002, hlm. 29.
  4. ^ a b c Murti Hariyadi, Ibnu; Basir; Pratiwi, Mungki Indriati; Ubaidi, Ella; Sukmono, Edi (2016). Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jakarta: PT Kereta Api Indonesia (Persero). hlm. 1 – 14. ISBN 978-602-18839-3-8. 
  5. ^ a b c d Majalah KA Edisi Agustus 2014
  6. ^ Stasiun Batavia Selatan Genap 80 Tahun Diarsipkan 2009-12-18 di Wayback Machine. Kompas.com 23 Oktober 2009, diakses 2 November 2011.
  7. ^ Rahayu, Juwita Trisna (2019-05-29). Astro, Masuki M., ed. "Stasiun Jakarta Kota mulai layani pemberangkatan KA jarak jauh". ANTARA News. Diakses tanggal 2019-05-29. 
  8. ^ Ramli, Rully R. (2020-02-13). Djumena, Erlangga, ed. "Ini Penjelasan PT KAI soal 45 KRL Hanya Sampai Manggarai". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-02-17. 
  9. ^ "KAI Daop 1 Jakarta Ubah Dua Relasi KA Lokal". BeritaSatu.com. Februari 2017. 
  10. ^ Praditya, Ilyas Istianur (2019-05-30). Gideon, Arthur, ed. "Stasiun Jakarta Kota Mulai Layani Pemberangkatan Kereta Api Jarak Jauh". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-02-17. 
  11. ^ "Stasiun Jakarta Kota Layani Kereta Jarak Jauh, Ini Rute dan Fasilitasnya". Sindonews.com. Diakses tanggal 2020-02-17. 
  12. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Jawa Tahun 2023 (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 56. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 
  13. ^ Liputan 6.com: Lokomotif Kereta Tabrak Peron Hancurkan Ruang Tunggu Stasiun Kota

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Triyono, Adi (2002). Redesain Stasiun Jakarta Kota dengan Pendekatan Mixed Used & Preservasi Konservasi: Penekanan pada sirkulasi penumpang (Tesis S1). Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/1688. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Terminus Jakarta Kota–Bogor–
Padalarang
Lintas Jakarta segmen Jakarta Kota–Manggarai
Jayakarta
menuju Padalarang
Jakarta Kota–Cikampek
Lintas Jakarta segmen Jakarta Kota–Rajawali
Kampung Bandan
Sisi bawah
menuju Cikampek
Lintas Jakarta
Jakarta Kota–Tanjung Priok
Kampung Bandan
Sisi atas
Lintas Jakarta
Jakarta Kota–Manggarai
Jayakarta
menuju