Lompat ke isi

Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/2017

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Arsip Diskusi
2004 Tahun 2017:
2005 Kebijakan
2006 Usulan
2007 Teknis
2008 Bahasa
2009 Lain-lain
2010 Semua
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
Diskusi Terkini



Arsip Desember 2017

Judul tokoh bangsawan Eropa

Permisi. Di sini saya mengusulkan judul dari tokoh2 bangsawan dan anggota kerajaan Eropa diganti dengan nama pertama mereka diikuti marganya saja, seperti misalnya "Anne Mounbatten-Windsor" dan bukan nama diikuti gelar kebangsawanannya, seperti "Anne, Putri Kerajaan", karena:
1. Gelar-gelar kebangsawanan tersebut seringnya sangat asing bagi masyarakat Indonesia
2. Beberapa gelar asing ini sering diterjemahkan secara tidak tepat atau mengandung keambiguan karena memang sulit mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya, gelar Putri Anne "Princess Royal" diterjemahkan menjadi "Putri Kerajaan" (padahal putri kerajaan itu "royal princess", bukan "princess royal") dan gelar Pangeran Edward "Earl of Wessex" diterjemahkan menjadi "Pangeran Wessex."

Untuk beberapa gelar khusus yang memang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan mudah dimengerti dengan penjelasan singkat, mungkin tidak masalah jika dipertahankan sebagaimana mestinya. Terlebih jika gelar ini adalah gelar yang sangat penting, seperti gelar untuk pewaris takhta. Misalnya, Charles, Pangeran Wales dibiarkan begitu saja, tidak diganti dengan Charles Mounbatten-Windsor misalnya. Hal ini karena wikipedia bahasa Indonesia juga sudah memiliki halaman Pangeran Wales yang menjelaskan mengenai gelar tersebut. Terlebih gelar ini juga cukup mudah dijelaskan maksudnya. Cukup dijelaskan kalau Pangera Wales adalah gelar untuk putra mahkota Britania, selesai.

Untuk judul yang mengandung gelar yang bisa diterjemahkan, tetapi gelar ini tidak begitu signifikan, seperti gelar Adipati Cambridge yang disandang Pangeran William, saya pribadi cenderung untuk mengubahnya menjadi seperti kasus Putri Anne. Jadi Pangeran William, Adipati Cambridge diubah menjadi William Mountbatten-Windsor. Alasannya karena masalah keserasian dengan tokoh yang lain, juga karena gelar ini cenderung dipandang "tidak memiliki pengaruh signifikan" dalam kacamata masyarakat Indonesia, berbeda dengan Pangeran Wales. Juga takutnya membingungkan.

Untuk suami/istri anggota keluarga kerajaan, judul artikelnya saya sarankan menggunakan nama gadis tokoh tersebut jika dia wanita, seperti Elizabeth Bowes-Lyon, Diana Spencer, dan semacamnya. Hal ini juga berlaku bagi pasangan pria, seperti suami Ratu Elizabeth II, Pangeran Philip. Jadi saya juga usul agar artikel berjudul Pangeran Philip, Adipati Edinburgh diganti menjadi Philip Mountbatten.

Sedangkan penggunaan kata "dari" (terjemahan dari kata "of") dalam judul untuk kepala monarki, saya usul untuk diganti dengan terjemahan gelarnya saja. Misal, Elizabeth II dari Britania Raya diganti jadi "Elizabeth, Ratu Britania Raya".

Terima kasih. Hafidh Wahyu P (bicara) 10 Desember 2017 13.52 (UTC)[balas]

Sejak dulu, kebanyakan Wikipediawan cenderung memilih judul dengan arti yang harfiah, atau 'arti' yang dirasa paling mendekati, meskipun kadang tidak cocok, tapi dicocok-cocokkan saja (Cocoklogi?). Sekarang tergantung konsensus, mau menerima perubahan atau tidak. -- Adiputra बिचर -- 23 Desember 2017 13.53 (UTC)[balas]

Spring = Musim Semi (?)

Artikel Musim Semi Praha ternyata isinya tentang konflik politik di Cekoslowakia. Dalam Wikipedia Inggris, judulnya Prague Spring. Ternyata itulah sumber ketidakcocokan judul dengan isinya. Memangnya kata Spring harus diterjemahkan menjadi Musim Semi, ya? Bagaimana dengan Beijing Spring, Croatian Spring, Damascus Spring, dan Spring-Spring lainnya? Terpaku pada Spring = "Musim Semi", tanpa meneliti konteksnya, tampak seperti pemilihan judul yang [benar-benar] ceroboh, dan wawasan yang sangat sempit tentang arti kata spring. Adakah saran untuk terjemahan ini --> en:Spring (political terminology)? -- Adiputra बिचर -- 23 Desember 2017 13.53 (UTC)[balas]

Hmm, mungkin kata yang serupa dengan "lonjakan"? Handarii (bicara) 3 Januari 2018 04.59 (UTC)[balas]
@M. Adiputra: @Handarii: Bisa pula digunakan "kejutan". JohnThorne (Bicara) 11 Januari 2018 18.42 (UTC)[balas]
Menurut saya yang paling dekat maknanya adalah kata 'Pergolakan' atau 'Gejolak'? Sehingga terjemahan artikelnya 'Pergolakan (istilah politik)'. Contohnya menjadi 'Pergolakan Beijing' atau 'Gejolak politik di Kroasia' ibensis (What’s the Story?) 13 Januari 2018 08.31 (UTC)[balas]
Kalau lebih sreg dengan "Pergolakan Praha", "Gejolak politik di Arab", dsb, aku tidak menentang. Judul memang tidak harus terjemahan langsung, kalau terjemahan langsung tidak ditemukan atau tidak cocok, oke-oke saja kalau kita pakai judul deskriptif. Tapi menurut saya kalau en:Spring (political terminology) ingin diterjemahkan Pergolakan (istilah politik), mungkin perlu didukung referensi akademis dulu, karena spring dalam konteks ini sudah jadi istilah khusus dalam bahasa Inggris tapi aku nggak yakin kalo ada "pergolakan" punya makna khas serupa di bahasa Indonesia. HaEr48 (bicara) 15 Januari 2018 21.26 (UTC)[balas]
Pergolakan dan Gejolak itu istilah yang umum dan netral. Istilah yang lebih tepat dan spesifik mungkin adalah Pemberontakan (dengan konotasi negatif) atau Kebangkitan dan Gelombang perlawanan (dengan konotasi positif), tetapi karena ini istilah politik tentu tergantung dari mana penulis memihak. Makna bahasa Inggrisnya di enwiki secara garis besar mengandung makna demonstrasi, gelombang revolusi, gerakan politik revolusioner, sedangkan makna bahasa Indonesia versi KBBI (https://kbbi.web.id/golak) diberikan contoh: "pada tahun itu terjadi pergolakan besar-besaran antara pengikut kaisar melawan kaum bangsawan". Saya memang belum punya dan mencari referensi akademisnya. ibensis (What’s the Story?) 16 Januari 2018 07.57 (UTC)[balas]
Istilah "pergolakan" cocok juga dipadankan dengan political spring, sesuai dengan konteks dan maknanya. -- Adiputra बिचर -- 25 Januari 2018 05.27 (UTC)[balas]

Padanan kata hall

Halo, selamat pagi. Saya memiliki masalah dalam mengalihbahasakan kata hall sebagai istilah arsitektur. Pada awalnya saya ingin menerjemahkan artikel hall ini, tetapi terbentur dengan pengertian yang berada di dalamnya. Hall memiliki arti ruangan relatif besar yang tertutup oleh dinding dan atap. Di dalam Glosarium Pusat Bahasa, kata hall ini dipadankan dengan aula. Namun, bedasarkan definisi, koridor (hallway) juga merupakan hall, sehingga aneh juga jika koridor itu salah satu dari aula. Adakah kata lain yang lebih tepat dipadankan dengan kata hall? Terima kasih. Irvan Ary Maulana (bicara) 26 Desember 2017 04.39 (UTC)[balas]

@Irvan Ary Maulana: Istilah teknis arsitektur internasional yang baku dapat tetap digunakan tanpa perlu diterjemahkan. Jika hall mempunyai definisi baku dalam arsitektur, maka sebagai judul artikel dapat tetap dipakai hall. Bahasa Indonesia mempunyai berbagai kata untuk "hall", antara lain: ruang, ruangan, balai, bilik, kamar yang dapat ditambah dengan kata sifat untuk memperjelas artinya. Namun, jika belum ada terjemahan resmi atau konsensus umum, dapat menggunakan kata internasional yang baku terlebih dulu. Nantinya dapat dialihkan. Semoga membantu. JohnThorne (Bicara) 9 Januari 2018 19.03 (UTC)[balas]

Terjemahan tanpa rujukan

Halo.

Seringkali saat saya perlu untuk menyertakan catutan sumber asli untuk menjelaskan teks, akan tetapi minimnya teks terjemahan yang dapat dipertanggungjawabkan membuat saya ragu. Kini saya berminat untuk mengembangkan lebih lanjut artikel mengenai TLP, dan untuk membuat daftar proposisi yang dibahas di dalam buku, adalah perlu bagi saya untuk mencatut sumber aslinya. Saya bingung baiknya bagaimana. Apakah saya perlu menerjemahkan sendiri dengan risiko ketidakakuratan yang besar, atau hanya memaparkan sumber asli (dalam bahasa Jerman) tanpa terjemahan sama sekali (yang saya yakin ini gaya penulisan yang lumrah di akademia)? Atau wikipedia sendiri memiliki standar kepenulisan untuk menangani ini?

Sevenorbs (bicara) 30 Desember 2017 05.01 (UTC)[balas]

@Sevenorbs: Sebagai penulis/penyunting artikel, Anda menerjemahkan dari sumber aslinya ke dalam bahasa Indonesia dengan makna yang seakurat mungkin, sambil menyertakan sumber asli tersebut pada referensi, sebagaimana yang sudah Anda kerjakan pada artikel Tractatus Logico-Philosophicus tersebut. Jika Anda tidak yakin atas mutu terjemahan tersebut, maka sebaiknya jangan menerjemahkan supaya tidak terjadi kesalahartian. Bagian tersebut dapat Anda "sembunyikan" dengan menempatkan kode komentar "<!--" dan "-->" sebelum dan sesudahnya. Cara lain adalah melihat artikel bahasa lain yang sudah tersedia untuk artikel yang sama, dan menerjemahkan dari sana, jika Anda menguasai bahasanya (misalnya artikel dalam bahasa Inggris untuk artikel yang aslinya dalam bahasa Jerman). Semoga membantu. JohnThorne (Bicara) 9 Januari 2018 18.57 (UTC)[balas]
@Sevenorbs: Pendapatku kalau merujuk ke kebijakan Wikipedia:Bukan riset asli (istilahnya WP:NOR), dalam menulis artikel Tractatus Logico-Philosophicus (TLP) sebaiknya tidak langsung menggunakan analisismu sendiri (menganalisis "sumber primer"), tapi usahakan menggunakan sumber dari pihak lain yang menganalisis buku tersebut. Misal, pakailah buku teks atau ensiklopedia mengenai Wittgenstein, atau tulisan-tulisan orang lain yang me-review atau membahas buku TLP. Hal ini disebut dengan "sumber sekunder", yang menurut kebijakan Wikipedia lebih dianjurkan untuk digunakan. Tujuannya adalah untuk menghindari masuknya interpretasi pribadi penyunting ke dalam tulisan, maupun juga menghindari bias Wittgenstein sendiri jika kita langsung menggunakan TLP sebagai sumber. Coba baca WP:NOR#Sumber primer dan sekunder. HaEr48 (bicara) 15 Januari 2018 21.36 (UTC)[balas]
Saya paham mengenai kebijakan bukan riset asli Wikipedia seperti yang @HaEr48: jelaskan, akan tetapi permasalahan yang saya alami bukan mengenai hal tersebut. Permasalahan saya adalah cara apa yang lebih bijak jika tidak ada karya terjemahan yang tersedia saat saya ingin menyematkan catutan atau potongan kalimat dari sumber aslinya, mengingat saya bukan seorang penerjemah profesional sehingga kredibilitas dan kualitas terjemahan patut untuk dipermasalahkan. Tentu saja saya bisa membicarakan mengenai apa dan bagaimana konten TLP dapat hadir, akan tetapi dalam analisis lebih lanjut nampak bahwa pembicaraan lebih lanjut kian merujuk pada traktat yang terdapat dalam buku. Sehingga, tak terhindarkan bagi saya untuk turut menyematkan beberapa kalimat orisinil untuk dipaparkan. Akan tetapi sulit bagi saya karena sampai saat ini saya belum menemukan terjemahan kredibel atas TLP dalam bahasa Indonesia untuk secara fair dipampang dalam artikel TLP nantinya. Sevenorbs (bicara) 22 Januari 2018 16.41 (UTC)[balas]

Arsip November 2017

Stalemate dalam perang

Saya mau tanya, padanan dari kata "Stalemate" dalam perang (contoh en:Stalemate in Southern Palestine) itu apa ya ? Saya baca di en.wiki, kata tersebut artinya suatu keadaan "seri" dalam perang. Kalo dalam catur, dipadankan dengan kata Remis. Tapi untuk padanan dalam peristiwa perang apa ya ? --Erik Fastman (bicara) 7 November 2017 03.26 (UTC)[balas]

Saya juga belum menemukan istilah yang umum, baku dan pas. Mungkin 'Perang buntu di Palestina Selatan' saja. Alternatif lainnya 'Perang seri', 'Perang terkunci' atau 'Perang impas'. ibensis (What’s the Story?) 30 November 2017 14.02 (UTC)[balas]
Erik Fastman: bagaimana kalau judulnya tidak harus diterjemahkan kata per kata, misal sebut saja "Pertempuran Palestina Selatan (1917)", menurutku ini judul yang lumayan pantas untuk peristiwa tersebut. Baru di teks artikelnya dijelaskan kalau pertempurannya mengalami kebuntuan, atau semacamnya. HaEr48 (bicara) 30 November 2017 23.26 (UTC)[balas]

Arsip Oktober 2017

Penerjemahan 'United Kingdom'

Maaf, saya membuka kembali permasalahan lama. Saya mengusulkan istilah 'Inggris Raya' sebagai padanan dari kata 'United Kingdom', dan bukan 'Britania Raya' atau 'Kerajaan Serikat' dan semacamnya dengan alasan:

  • Britania Raya (Great Britain) jelas berbeda dengan United Kingdom.
  • Istilah 'Inggris' lebih familiar oleh masyarakat Indonesia.
  • Terjemahan 'Kerajaan Serikat' memang lebih mendekati secara harfiah, tetapi terjemahan seharusnya tidak hanya masalah mengalihbahasakan 'kata perkata', tetapi harus dapat juga menyesuaikan 'rasa' dari bahasa terjemahannya. Misal, dalam agama Katolik, "Virgin Mary" sering diterjemahkan menjadi "Bunda Maria", padahal dalam bahasa Indonesia, padanan untuk kata "virgin" adalah perawan. Hal ini karena dalam budaya Indonesia, membahas sesuatu yang terkait masalah seksualitas cenderung tidak dilakukan secara blak-blakan, meskipun konotasinya baik. Kata "virgin" (perawan) yang melekat dengan nama Maria sendiri konotasinya baik, menunjukkan bahwa beliau adalah wanita suci. Namun dalam "rasa" penutur bahasa Indonesia, sekali lagi, kata-kata yang berhubungan dengan keadaan seksualitas cenderung tidak diungkapkan secara blak-blakan, terlebih dikaitkan dengan seorang tokoh yang disucikan, meski memang konotasinya baik. Itu sebabnya kata ini lebih sering disepadankan dengan kata 'Bunda' yang dalam bahasa Indonesia lebih sesuai untuk disandingkan dengan seorang wanita yang disucikan dalam agama seperti Maria. Dalam masalah ini, istilah 'Inggris Raya' lebih sesuai karena lebih sesuai dengan 'rasa' bahasa kita dan lebih dikenal masyarakat Indonesia daripada istilah 'Kerajaan Serikat', 'Kerajaan Bersatu', dan istilah-istilah lain yang serupa yang hampir tidak dikenal masyarakat kita.
  • Secara politis, mungkin terjemahan 'Inggris Raya' seolah mengunggulkan negara bagian Inggris yang sebenarnya hanya salah satu bagian dari United Kingdom. Meskipun secara hukum Inggris (England) dan negara2 bagian lain memiliki kedudukan setara, tidak dapat dipungkiri bahwa England (Inggris) memiliki kedudukan yang spesial di United KIngdom. London yang merupakan ibu kota UK dan kediaman Ratu juga ibu kota England dan England tidak memiliki parlemen sendiri, tetapi bergabung dengan parlemen UK, seolah UK dan England adalah satu kesatuan. Selain itu, kembali ke masalah bahwa kata 'Inggris' sudah kadung populer untuk merujuk keseluruhan United Kingdom.

Terima kasih. Hafidh Wahyu P (bicara) 22 Agustus 2017 14.25 (UTC)[balas]

Tidak setuju dengan "Inggris Raya" karena malah jadi tidak akurat. Inggris memang 'spesial', tapi dari segi identitas mereka menganggap diri mereka sebagai "British citizen" dan bukan "English citizen". Contoh lain: Brexit dan bukan English exit, dan kalau kita tonton debat-debatnya mereka pakai kata Britain dan bukan England. Lagipula istilah Britania Raya tidak asing seperti "Kerajaan Bersatu' kok, di kamus versi Echols/Shadily menjadi salah satu alternatif dan sudah digunakan juga oleh media. Perbandingan dengan "Virgin Mary" saya rasa kurang tepat, karena sepengetahuan saya istilah "Perawan Maria" juga masih digunakan di Indonesia, contoh: Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria. Jadi saya lebih mendukung status quo untuk menghindari kesalahpahaman antara "Inggris" (England) dan "Britania Raya" (Great Britain sebagai singkatan dari United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland). Salam  Mimihitam  22 Agustus 2017 14.38 (UTC)[balas]
Terima kasih @Mimihitam: sudah bersedia menanggapi. Sebelumnya, tolong jangan disangkutpautkan antara Inggris Raya dan Inggris (yang ada dalam usulan saya). Usulan saya, Inggris Raya itu United Kingdom. Alasan ada kata 'Inggris' nya karena kata ini memang yang sering digunakan media-media Indonesia dalam merujuk keseluruhan UK, dan bukan karena kaitannya dengan England (Poin usulan saya terkait keistimewaan England hanya sebatas penguat saja. Fokus saja di masalah terjemahan yang saya persoalkan). Penambahan 'Raya' itu untuk membedakan dengan Inggris (England). Tolong abaikan sejenak penerjemahan secara leterlek. Terkait Perawan Maria, benar bahwa itu juga digunakan di Indonesia, tapi kita semua tahu bahwa istilah 'Bunda Maria' jauh lebih populer di Indonesia dan sering sekali menjadi padanan dari Virgin Mary.
Tapi terlepas dari kebingungan ini, bisakah untuk sementara di badan artikel juga diberi penjelasan tambahan yang intinya bahwa Britania Raya dalam bahasa Indonesia bisa merujuk kepada Great Britain atau UK untuk menjelaskan duduk permasalahannya pada pembaca? Saya sudah menambahkan di badan artikel tapi tidak disetujui. Sepertinya wiki Indonesia ini sering sekali untuk menerjemahkan beberapa istilah2 penting secara leterlek dari bahasa Inggris tanpa mempedulikan perbedaan pemahaman antara masyarakat INA dan Inggris. Salam. Hafidh Wahyu P (bicara) 24 Agustus 2017 10.34 (UTC)[balas]
Setuju dengan Mimihitam. Poin si pengusul bahwa: "Britania Raya (Great Britain) jelas berbeda dengan United Kingdom", jelas sekali menunjukkan bahwa si pengusul tidak tahu bahwa nama resminya adalah "United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland". Dari segi entitas politik, keduanya sama (UK dan GB). Beda halnya jika sudut pandangnya adalah geografi (nama pulau). -- Adiputra बिचर -- 24 Agustus 2017 13.14 (UTC)[balas]
British Isles ⊃ UK = (GB + NI) dengan NI ⊂ Ireland | Saya rasa terdapat kesalahpahaman di sini. UK dan GB tidak sama, UK lebih luas dari GB karena mengandung irish people. UK mencakup hubungan politis yang ada di GB. Proposisi konstanta di sini bertujuan untuk mencapai istilah dengan daya representasi yang lebih efektif. 202.43.95.5 9 Oktober 2017 05.31 (UTC)[balas]

Penerjemahan Gelar Kebangsawanan

Saya mengajukan beberapa usulan terkait gelar kebangsawanan.
Saya usul agar gelar "queen consort" dan "empress consort" masing2 diterjemahkan menjadi "permaisuri raja" dan "permaisuri kaisar", dan bukannya "ratu" atau "maharani" agar
1. Agar tidak terjadi kebingungan antara yang sekadar istri kepala monarki atau yang menjadi kepala monarki itu sendiri.
2. Saya juga kurang sepakat dengan penerjemahan "ratu permaisuri" atau "maharani permaisuri" karena secara rasa bahasa, kurang enak dibaca karena ini memang berangkat dari penerjemahan leterlek dalam bahasa Inggris.
Saya juga mengusulkan agar gelar "duchess" tidak diterjemahkan menjadi adipati wanita karena
1. Akan menimbulkan kebingungan di kalangan pembaca Indonesia karena dapat disalahpahami bahwa sang wanita adalah pemimpin kadipaten.
2. Penerjemahan "duchess" sendiri saya pandang sifatnya tidak darurat, sehingga tidak perlu dipaksakan penerjemahannya, sebagaimana gelar marquess, earl, viscount, dll yang juga tidak perlu memerlukan terjemahan. Sekarangpun sudah tersedia artikel Gelar Kebangsawanan Eropa yang menjelaskan pengertian duchess lebih lanjut, jadi ditautkan ke artikel tersebut saja.
3. Jika memang ada seorang wanita yang menjadi "duchess" atas namanya sendiri, cukup diterjemahkan menjadi adipati sebagaimana duke, sednagkan jika hanya berstatus sebagai istri duke, cukup ditulis istri adipati.
Terima kasih atas perhatiannya. Hafidh Wahyu P (bicara) 30 September 2017 15.32 (UTC)[balas]

Saya kurang begitu paham mengenai gelar kebangsawanan dalam bahasa Indonesia. Mungkin bisa minta pendapat bung M. Adiputra. – Yogwi21 (bicara) 1 Oktober 2017 07.49 (UTC)[balas]
Ini pernah dibahas panjang lebar pada tahun 2008 --> Arsip. -- Adiputra बिचर -- 2 Oktober 2017 04.48 (UTC)[balas]
Bagian yang saya tanyakan di atas belum dibahas secara mendalam di arsip, M. Adiputra. Di sana inti pembicaraan hanya masalah penerjemahan beberapa gelar bangsawan semacam marquess, count, dsb. Hafidh Wahyu P (bicara) 2 Oktober 2017 14.56 (UTC)[balas]
Mengenai consort, itu jelas mengikuti kepala pemerintahannya. Jadi, memang sebaiknya diterjemahkan seperti ini→ Queen Consort of Thailand = Permaisuri Raja Thailand. Tentang duchess, penerjemahan ini terbentur perbedaan budaya dan tradisi. Cukup sulit. -- Adiputra बिचर -- 4 Oktober 2017 08.06 (UTC)[balas]

Untuk duchess biasanya para penerjemah di WBI pakai istilah "adipati wanita", walaupun yang saya dengar padanannya adalah "adipatni".. mungkin bisa didiskusikan dengan mas Japra Jayapati atau Meursault2004 yang sering menerjemahkan artikel tentang bangsawan dan sejarah Eropa.. soal queen consort saya setuju, istilah Maharani enaknya dipakai untuk ratu penguasa saja, seperti Maria Theresa atau Katarina yang Agung.  Mimihitam  4 Oktober 2017 08.10 (UTC)[balas]

Saya sepakat soal consort ini. Bagaimana kalau terjemahannya kita standarkan saja? Masalahnya, consort tidak membedakan jenis kelamin. Consort kaisar/raja sudah lazim diterjemahkan menjadi "permaisuri" kaisar/raja, bagaimana dengan consort seorang maharani/ratu? Bagaimana juga dengan istri/suami dari penguasa-penguasa di bawahnya? Ada usul? Japra Jayapati (bicara) 4 Oktober 2017 08.42 (UTC)[balas]
Mimihitam Kalau menurut saya, lebih baik gelar duchess tidak perlu dipaksakan untuk diterjemahkan, sebagaimana count, marquess, dll, karena sistem kebangsawanan kita memang tidak memberikan gelar bagi pasangan. Jika memang duchess di sini adalah wanita yang jadi pemimpin duchy, maka terjemahkan saja menjadi adipati seperti duke. Kalau status duchess itu hanya sebatas istru duke, maka sebut saja istri adipati. Itu usulan saya. Oh iya. Sebagai catatan, Maria Theresia itu permaisuri, bukan Maharani Romawi Suci. Hanya saja memang pengaruhnya lebih besar dari suaminya.
Japra Jayapati:
1. Untuk masalah pasangan maharani/ratu, kita lihat dulu konteksnya, karena di abad pertengahan, biasanya laki-laki mengambil alih segala kepemilikan istri berdasar prinsip jure uxoris, sudah dibahas di artikel Gelar Kebangsawanan Eropa. Jadi saat laki-laki menikah dengan ratu, dia sepenuhnya menjadi raja.
2. Meski begitu memang ada pria yang menjadi "king consort" dan bukan "king jure uxoris". Untuk gelar pendamping ratu semacam "king consort" atau "prince consort", saya sih usulnya diterjemahkan masing2 dengan "raja pendamping" dan "pangeran pendamping" atau cukup "pangeran." Namun jika istri rajanya bergelar "princess consort", saya berpendapat agar diterjemahkan menjadi permaisuri raja sebagaimana "queen consort."
3. Untuk gelar di bawah raja saya rasa itu tidak dipaksakan untuk diterjemahkan. Sistem kita memang beda dengan sistem Eropa, jadi biarkan saja apa adanya. Lagipula sudah ada artikel Gelar Kebangsawanan Eropa yang sudah membahas masalah ini. Jadi tinggal ditautkan saja ke artikel tersebut jika memang membutuhkan penjelasan. Itu usul saya. Hafidh Wahyu P (bicara) 4 Oktober 2017 14.24 (UTC)[balas]
@Hafidh Wahyu P: Saya sepakat dengan pemakaian istilah "suami/istri" bagi pasangan dari penguasa selain kaisar/raja. "King (Jure Uxoris)" sebaiknya tetap diterjemahkan sebagai "raja" karena memang memiliki wewenang raja, selain "jure uxoris" saya rasa istilah "suami" sudah mencukupi, mengingat para "consort" pria ini lazimnya adalah bangsawan yang punya gelar dan warisan daerah kekuasaan sendiri. Japra Jayapati (bicara) 4 Oktober 2017 15.46 (UTC)[balas]

Arsip Agustus 2017

Padanan artikel "eksotis" Indonesia

Apakah artikel-artikel beristilah "eksotis" Indonesia ini perlu dicarikan padanannya dari artikel di en.wiki atau tetap dipertahankan demikian ?

Seperti artikel en:Groping, saya padankan dengan istilah Membelai --Erik Fastman (bicara) 4 Agustus 2017 09.24 (UTC)[balas]

Iya, saya setuju dicarikan saja padanannya dalam artikel bahasa lain untuk kemudian dikaitkan ke artikel bahasa indonesianya, terutama pada artikel yang belum memiliki interwiki. Kecuali ada pengkhususan dengan alasan tertentu atau unik, misal hanya ada di Indonesia. ibensis (What’s the Story?) 5 Agustus 2017 10.47 (UTC)[balas]
Tidak perlu dipaksakan, karena Bahasa adalah cermin budaya. Karena perbedaan budaya, pasti ada hal-hal yang tidak dapat dikait-kaitkan. Malah lucu kalo dipaksakan. Misalnya: supir Bajaj apakah bisa disamakan dengan TukTuk driver (Thailand)? Kenapa tidak kita buat saja versi enwikinya dengan judul yang sama sambil memperkenalkan kosa-kata Indonesia ke ranah internasional :) --Agung Karjono (bicara) 22 Agustus 2017 05.40 (UTC)[balas]

Weasel words = Kata bersayap?

Saya periksa di Wikipedia bahasa Indonesia belum ada en:Templat:Weasel dan en:Templat:Weasel inline sebagaimana yang ada di Wikipedia bahasa Inggris. Saya rasa perlu dibuat, untuk penanda berbagai pernyataan yang tidak jelas di badan artikel. Nah, apakah kata-kata weasel words itu sesuai kalau kita terjemahkan menjadi kata(-kata) bersayap? Bagaimana pendapat teman-teman? Salam, Naval Scene (bicara) 11 Agustus 2017 15.22 (UTC)[balas]

Naval Scene (bicara) 11 Agustus 2017 15.22 (UTC)[balas]

Setuju, Pak. Berhubung ternyata sudah ada pedomannya: Wikipedia:Pedoman_untuk_artikel_kontroversial#Kata-kata_bersayap. Walaupun ada artikel yang membahas "Weasel Words alias Pepesan Kosong". Rahmatdenas (bicara) 12 Agustus 2017 03.42 (UTC)[balas]

Ekspresi atau kalimat?

Apakah perbedaan antara ekspresi matematika dengan kalimat matematika? Maksud saya, sejak SD saya diajarkan tentang penggunaan kalimat matematika untuk menyelesaikan permasalahan matematis. Silahkan jawab di halaman pembicaraan:

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Ekspresi_(matematika)#Kalimat_matematika

Muhammad Rifqi Priyo Susanto (bicara) 14 Agustus 2017 05.26 (UTC)[balas]

Arsip Juli 2017

Daftar daftar pilihan

Apakah judul laman ini keliatan aneh: Wikipedia:Daftar pilihan/Daftar daftar pilihan 2017.

Rasanya aneh saja, kata "daftar"-nya bisa 2X. Mungkin ada usulan untuk merubahnya atau mungkin tetap dipertahankan saja ? --Erik Fastman (bicara) 9 Juli 2017 16.22 (UTC)[balas]

Saya pikir, selama konsensus sepakat, judul tersebut tidak perlu diubah sebab pengguna wikipedia tahu yang dimaksud adalah daftar dari daftar pilihan yang tercantum di halaman utama. Salam :) Handarii (bicara) 16 Juli 2017 07.55 (UTC)[balas]

Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta

Ada yang bersedia ngubah paragraf pengantar pada artikel Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Masak malah ngejelasin soal kota Jakarta-nya --What a joke (bicara) 16 Juli 2017 11.33 (UTC)[balas]

Sudah dikerjakan. JohnThorne (Bicara) 31 Juli 2017 18.03 (UTC)[balas]

Arsip Juni 2017

Penganiayaan atau penindasan

Mau nanya, kata persecution tuh cocoknya diterjemahin jadi penganiayaan (kek Penganiayaan terhadap orang Kristen) atau penindasan (kek Penindasan terhadap Muslim di Myanmar dan Penindasan terhadap Rohingya di Myanmar 2016–2017). Itu aja, makasih --What a joke (bicara) 17 Februari 2017 02.30 (UTC)[balas]

Menurut saya, penindasan itu lebih luas daripada penganiayaan. Jadi penganiayaan (yang secara umum lebih mengerucut kepada hal-hal fisik) merupakan salah satu bentuk penindasan. Nah, untuk artikel yang menggunakan penganiayaan mestinya isinya harus penganiayaan. Sedangkan untuk artikel yang menggunakan judul penindasan, mestinya isinya lebih luas, salah satunya (mungkin) penganiayaan. Namun semua itu juga tergantung bagaimana dialektika yang digunakan dalam memungut dua kata tersebut. Mengingat bahwa bahasa kita itu sangat lentur, ada baiknya kita juga lentur. Salam gigho (bicara) 17 Februari 2017 - 10.12 WIB

Kalo Open Doors Indonesia setau ane lebih suka pake kata "penganiayaan" untuk menerjemahkan kata "persecution", kadang juga pake neoglotisme sendiri "persekusi" (suatu tindakan yang katanya perlu dihindari menurut M. Adiputra) Padahal setau ane yang dimaksud penganiayaan/persekusi/persecution disana juga mengacu pada pelarangan penginjilan, Bhutan contohnya, kagak pernah ngancurin gereja, menganiaya apalagi membantai umat Kristen tapi tetep dibilang menganiaya hanya karena melarang penginjilan sama sekali dan menyatakan diri sebagai negara Buddhis meskipun tidak pernah melakukan persecution secara fisik (CMIIW)

FYI aja, bagi Open Doors ngelarang penginjilan sama sekali itu masuk kategori "persecution", tapi kalo cuman dibatasin (misalnya Thailand masih ngasih tempat buat penginjilan tapi khusus buat orang Tionghoa dan bukannya orang Thai) ya nggak masuk, "persecution" yang terjadi cuman pada masa lampau (contohnya Pemberontakan Shimabara di Jepang, sentimen orang Perancis & Kristen pada masa PDI di Thailand, dlsb) juga nggak termasuk, karena kalo termasuk, berarti jangankan Jepang dan Thailand, negara-negara Eropa yang sekarang udah jadi mayoritas Kristen saya rasa juga bakalan masuk karena dulu juga sempet terjadi penganiayaan terhadap umat Kristen pada zaman pagan Romawi Kuno (contoh: Penganiayaan Diokletianus) hehehe. Cuman yang aneh lagi sih negara-negara yang udah mayoritas Kristen macem Meksiko dan Kolombia juga termasuk, dilihat dari sumbernya katanya yang melakukan penganiayaan orang-orang sono yang masih pagan.

Satu-satunya negara (selain negara-negara Eropa, Amerika, & Australia) yang bener-bener ngebebasin penginjilan tanpa batasan setau ane sih cuman Korea Selatan karena Kristen udah dianggep anak emas sama pemerintah sono, jadi simbol nasionalisme (beda ama Indonesia yang masih nganggep Kristen terkait dengan penjajahan disamping ada Pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen dan bahkan bule macem Douwes Dekker, Pierre Tendean dan Albertus Soegijapranata), karena pas penjajahan Jepang, Kristen justru jadi garda terdepan dalam perlawanan terhadap Jepang dibanding Buddhis atau Shamanisme. Mbah buyutnya Kim Jong-un aja pastor lho, cuman kakek (Kim Il-sung), bapak (Kim Jong-il) sama anaknya (KJU) aja yang ndablek & malah bikin negara penganiaya Kristen no. 1 di dunia, disana yang namanya nganut Kristen dianggap kejahatan disamping Korut sendiri malah ngelegalin ganja.

Cuman karena saking sayangnya ama Kristen, orang Buddhis & Katolik Korea malah jadi cemburu & nganggep pemerintah Korsel pengen Kristenin rakyatnya sendiri. Buat ane sih lebih baik masing-masing pihak mah menahan diri karena kalo ntar terjadi Civil War malah Korutnya senang & bahkan menang. Kek pas menjelang jamannya Park Chung-hee, sesama kalangan militernya pengen tikai tapi nggak jadi karena takut malah nyenengin Korut. Korut menang juga menurut saya nggak bakalan nguntungin umat Buddhis deh karena pas Vietnam Utara menang Perang Vietnam, walaupun umat Buddhis disono kebebas dari Krisis Buddha, tapi yang ada justru jumlah umat Buddhis menurun drastis dari sekitar 80% jadi 8%-12%. Maaf kalo malah jadi OOT, maaf juga kalo nggak berkenan bicarain soal agama, hehehe --Erik Fastman (bicara) 17 Februari 2017 05.42 (UTC)[balas]

Itulah mengapa kita perlu lentur terhadap bahasa. Saya ingin memberi contoh paradoks tentang suatu definisi. Simbol adalah lambang yang mewakili suatu nilai. Nah kalau dibalik, Lambang adalah simbol yang mewakili suatu nilai. Mengingat suatu definisi tak elok kalau menyebut dua kali kata yang didefinisikan, maka dicarikanlah persamaan, yaitu simbol bersinonim dengan lambang. Mana yang stratanya lebih tinggi, simbol atau lambang? Sama saja, tergantung keperluan pendefinisian. Begitu juga dengan penindasan dan penganiayaan. Dapat saja kita terapkan bahwa penganiayaan bersifat lebih umum dan penindasan merupakan bagian dari penganiayaan. Namun dalam kesempatan lain, dapat saja kita katakan bahwa penindasan lebih bersifat umum, dan penganiayaan merupakan salah satu bentuk penindasan. Namun jika di sini kita akan membangun kesepakatan dikotomi dua kata itu, ya mari kita bersama-sama membangun kata sepakat. gigho (bicara) 19 Februari 2017 - 02.40 WIB
Nah, perjalanan waktu, penggunaan yang tren/jamak dalam pemberitaan saat ini justru kata "persekusi" itu sendiri. @What a joke: @Igho:  RahmatdenasMengecat   3 Juni 2017 17.08 (UTC)[balas]

Entitas politik

Istilah "Kekhanan" sangat mengganjal pikiran saya. Neologisme ini dimaksudkan supaya berarti: bentuk pemerintahan yang dipimpin seorang Khan. Kata dasarnya Khan, titel penguasa zaman Imperium Mongolia. Tapi, entah mengapa kata ini masih terdengar kurang pas. Mungkin karena ketiadaan kata dasar dengan 1 silabel yang memiliki awalan dan akhiran sekaligus dalam bahasa kita. Kekhanan = ke - khan - an.
Saya usulkan agar diserap menjadi "Khanat", dari bahasa Inggris Khanate. Kasus serupa seperti "Emirat", dari Emirate. Omong-omong, mengapa ada neologisme "Keamiran", alih-alih sudah ada Emirat? Adakah yang mengetahui alasannya? Jika tidak ada, akan saya pindahkan. -- Adiputra बिचर -- 1 Mei 2017 05.04 (UTC)[balas]

Istilah serupa yang saya temukan adalah "Ketsaran".
Olala.
Mengapa ya, tidak diterjemahkan menjadi Kekaisaran saja? Memang, kita tidak harus memaksa Tsardom agar berubah menjadi "Ketsaran", sebagaimana kita tidak memaksa Empire of Japan menjadi "Imperium Jepang", tapi "Kekaisaran Jepang". -- Adiputra बिचर -- 1 Mei 2017 05.34 (UTC)[balas]
Bentuk yang paling umum sepertinya adalah Raja/Ratu dan Kerajaan untuk menunjukan kepada suatu pemerintahan monarki. Istilah lain yang baku di kbbi adalah amir/emir (raja), emirat (pemerintahan), keemiratan (wilayah), kekaisaran, dan imperium. Semuanya merujuk kepada bentuk kerajaan. Sementara istilah kekhanan dan keamiran tidak ada (solusi: istilah & artikel keamiran harap diganti mjd Emirat). Tsar dan Kaisar menurut kbbi juga merujuk kpd raja dan tdk khusus utk Romawi. Sehingga jika belum terdapat istilah baku mungkin bisa tetap menggunakan istilah umum Kerajaan (solusi: jadi Kerajaan Mongol; atau biarkan Kekaisaran Mongol). Penyerapan Khanate mjd Khanat bagi saya kurang setuju karena tidak merujuk langsung dari bahasa aslinya (Mongol/Arab->inggris->Indo), sehingga jikapun diinginkan adanya neologisme maka Kekhanan lebih dekat (Mongol->Indo). Sebagaimana Kesultanan bukannya Sultanat. ibensis (What’s the Story?) 12 Juni 2017 17.57 (UTC)[balas]

Judul Episode

Saya mau nanya, kalau judul episode yang menggunakan bahasa selain Bahasa Indonesia apakah sebaiknya di terjemahkan kedalam bahasa indonesia atau dibiarkan saja? -abie (bicara) 28 Mei 2017 06.49 (UTC)[balas]

Tampaknya dibiarkan saja seperti judul asalnya, seperti judul film dan buku asing. Kecuali jika memang suatu episode itu judulnya diubah ke dalam bahasa Indonesia ketika tayang di Indonesia. Apakah ada pendapat lain dari yang lebih ahli? Irvan Ary Maulana (bicara) 12 Juni 2017 14.20 (UTC)[balas]
Saya tidak ahli, tapi kalau misalnya sudah diindonesiakan judul episodenya, ya sebaiknya menggunakan judul Indonesia. Salam gigho (bicara) 12 Juni 2017 21.39 (WIB)

Menerjemahkan nama ras hewan

Apakah boleh menerjemahkan nama ras hewan? Seperti ras kucing american shorthair atau british shorthair menjadi bulu pendek amerika atau bulu pendek britania raya. Ariefz (bicara) 7 Juni 2017 00.12 (UTC)[balas]

Nama danau ikut terganti otomatis

Berhubung adanya penggantian teks otomatis yang memisahkan kata "Di" pada kata Diatas dan Dibawah, penulisan nama untuk Danau Diatas dan Danau Dibawah jadi ikut berubah. Saat ini penulisan keduanya terpisah jadi "Danau Di atas" dan "Danau Di bawah" baik itu di artikelnya ataupun penulisannya di artikel lain seperti ini. Mohon tolong kembaliin bagi yang bisa menyiasatinya. Rahmatdenas (bicara) Rahmatdenas (bicara) 7 Juni 2017 09.36 (UTC)[balas]

Sudah saya kembalikan. Memanggil para pemilik bot @Rachmat04: @Hidayatsrf:. Pengguna:Arifin.wijaya/tt 22 Juni 2017 pukul 16.47 WIB

Kril, bukan krill

Saya menemukan pada glosarium Pusat Bahasa kata krill diserap menjadi kril, tetapi banyak artikel di WBI yang mempertahankan kata krill selayaknya istilah pada bahasa Inggris. Karena cukup banyak artikel yang memuat kesalahan tersebut, adakah yang bersedia menggunakan bot untuk menyunting satu kata ini? Terima kasih. Irvan Ary Maulana (bicara) 12 Juni 2017 14.38 (UTC)[balas]

Arsip Mei 2017

Tanda desimal

Tanda desimal pada Templat:Convert sudah diubah menjadi "," dan mengakibatkan sebagian besar artikel akan mengalami perubahan data pada satuan panjang. Mohon kiranya untuk bersama-sama mengganti data pada artikel yang menggunakan templat tersebut. Terima kasih, Salam. -Rafara13 (bicara) 9 Mei 2017 17.57 (UTC)[balas]

Debasement

Ada yang tau padanan bahasa Indonesia yang cocok untuk kata Debasement ? Saya lihat di Wikipedia bahasa lain, mereka menggunakan padanan mereka sendiri ternyata, atau khusus di WBI dipertahankan saja pake kata bahasa Inggris-nya ? --Erik Fastman (bicara) 23 Mei 2017 03.47 (UTC)[balas]

Coming of age

Ada yang bisa koreksi penerjemahan dari kata Coming of age. Kalo saya mengartikannya dengan sebutan Beranjak dewasa, sementara kalo tidak salah ingat kata ini sebetulnya banyak diterjemahkan menjadi "masa remaja" walaupun "masa remaja" sendiri dibedakan untuk mengartikan kata "teenage/adolescence". Kalo pake terjemahan literalnya malah jadinya "kedatangan usia". Terus juga ada sumber yang menerjemahkannya jadi "datangnya kedewasaan". Kira-kira manakah yang bener ? --Erik Fastman (bicara) 23 Mei 2017 04.04 (UTC)[balas]

Mungkin bisa pakai istilah masa puber atau pubertas. ibensis (What’s the Story?) 23 Mei 2017 08.41 (UTC)[balas]
Kalo puber ane rasa lebih ke arah kedokteran/biologi sementara untuk coming of age leboh ke arah tradisi. --Erik Fastman (bicara) 23 Mei 2017 11.25 (UTC)[balas]
Mm, saya kok malah nggak ya gan. maksudnya nggak spesifik seperti itu. Kadang kita sering dengar orang bilang seperti 'namanya (anak) lagi puber', 'maklum lagi puber kedua', atau 'memasuki masa pubertas'. iya nggak?!. Atau alternatif lain bagaimana jika 'coming of age' diterjemahkan dengan 'masa remaja' dan istilah remaja untuk "teenage/adolescence". ibensis (What’s the Story?) 24 Mei 2017 10.00 (UTC)[balas]

Arsip April 2017

Jenis kelamin

Akhir-akhir ini saya sedang melengkapi artikel pemeran Hollywood, tetapi ada satu hal yang mengganggu, yaitu penerjemahan profesi sesuai jenis kelamin. Wikipedia bahasa Inggris membagi actor menjadi dua jenis kelamin, male actor dan actress, jadi actor itu kategori induk yang netral. Contohnya, en:Category:American film actors terbagi menjadi en:Category:American male film actors untuk laki-laki dan en:Category:American film actresses untuk perempuan.

Bagaimana sebaiknya kita menerjemahkan Actor (male actor/actress)?

  • Pemeran (pemeran laki-laki/pemeran perempuan)
  • Pemeran (pemeran pria/pemeran wanita)
  • Pemeran (aktor/aktris) — "aktor" di sini penanda jenis kelamin. Orang Indonesia biasanya langsung terpikir laki-laki apabila mendengar kata "aktor".

Soal jenis kelamin ini penting karena bisa diterapkan di berbagai kategori profesi lain. Oleh karena itu, kita perlu sekalian menyeragamkan "laki-laki/perempuan" atau "pria/wanita". Apabila sudah pasti, nanti bisa diperbaiki secara massal pakai bot atau AWB. Terima kasih. — FarrasLa Poste 25 Januari 2017 01.56 (UTC)[balas]

Melihat pada Festival Film Indonesia dan nomenklatur penghargaannya, saya kira "pemeran pria/wanita" lebih cocok, tepat, dan sesuai. Muhraz (bicara) 25 Januari 2017 02.03 (UTC)[balas]
Menurut hemat saya, lebih baik gunakan "pemeran laki-laki/perempuan". Alasannya adalah tidak semua para pemeran adalah sosok dewasa, melainkan usia remaja maupun anak-anak dapat menjadi pemeran jika memang layak. Sebagai bahan pertimbangan; silakan lihat kata wanita, perempuan, pria, dan laki-laki di KBBI. Salam. — Bonaditya (bicara) 25 Januari 2017 02.13 (UTC)[balas]
Saya pikir sebaiknya konvensi perfilman yang telah jamak dipakai di Indonesia, dan telah umum pada masyarakat awam, tak ada salahnya diikuti. Muhraz (bicara) 25 Januari 2017 02.16 (UTC)[balas]
Pemikiran saya bahwa membiarkan yang kurang tepat adalah kurang baik, jadi harus diubah demi kemaslahatan kita bersama. Hayah Bonaditya (bicara) 25 Januari 2017 02.20 (UTC)[balas]
Sistem penamaan FFI itu menarik, yha. Akan tetapi, poin 1 sepertinya lebih sesuai atas alasan kenetralan bahasa dan kecocokan penerjemahan (male child actor tidak cocok diterjemahkan menjadi "pemeran cilik pria"; dewasa sekali :P). Ini untuk penamaan kategori artikel saja, bukan kategori penghargaan. — FarrasLa Poste 25 Januari 2017 06.55 (UTC)[balas]

Opsi "pemeran laki-laki/perempuan" atau "pemeran pria/wanita" menurut saya boleh saja dipakai. (bercanda dimulai) Kalau bingung, pakai saja simbol/emoji: "pemeran ♂️/♀️" (bercanda selesai). Secara arti, "pemeran aktor/aktris" itu tidak masuk akal toh kalau dikembangkan, arti dari frasa "pemeran aktor" itu "pemeran pemeran" (jadinya aneh). Sekian pendapat saya. ·· Kℇℵ℟ℑℭK 25 Januari 2017 05.51 (UTC)[balas]

Saya klarifikasi dulu. Sepertinya saya salah menggambar "silsilah". :P Maksud poin ketiga itu kategori induk yang netral Kategori:Pemeran film Zimbabwe terbagi menjadi dua, Kategori:Aktor film Zimbabwe (laki-laki) dan Kategori:Aktris film Zimbabwe (perempuan). "Pemeran" itu jadi blanket term untuk kedua jenis kelamin, tetapi berpotensi membingungkan.
Komunitas Wikipedia bahasa Inggris pernah memperdebatkan soal ini. Kata mereka, "actor" itu dengan sendirinya sudah netral, jadi perlu dibuat kategori terpisah untuk laki-laki, "male actor". Aneh memang, tetapi konsensusnya demikian di sana. — FarrasLa Poste 25 Januari 2017 06.55 (UTC)[balas]
Dalam KBBI sudah jelas diakui kata-kata "aktor" dan "aktris" masing-masing untuk pemeran laki-laki dan perempuan. Kita ikuti istilah-istilah itu saja. Jika menerjemahkan kata Inggris "actor" dalam arti netral, maka gunakanlah kata Indonesia "pemeran". Demikian saran saya. JohnThorne (Bicara) 2 Februari 2017 22.52 (UTC)[balas]
Hmm. Setelah dipertimbangkan lagi dengan melihat KBBI, sepertinya usulan User:JohnThorne lebih masuk akal dan memudahkan. Kalau begitu saya kembalikan lagi migrasi massalnya dan menjadikan Kategori:Pemeran... sebagai kategori netral. Terima kasih atas sarannya. — FarrasLa Poste 28 April 2017 02.45 (UTC)[balas]

Siti Nurhaliza

Halo semuanya, saya habis mengupdate artikel Siti Nurhaliza nih dari ms.wiki. Mungkin ada yang bisa koreksi terjemahan saya bener apa enggak: Siti Nurhaliza#2016: Creacion dan Konsert Dato’ Siti Nurhaliza & Friends dan Siti Nurhaliza#2017 - sekarang: Album studio terbaru dan perkembangan terkini --Erik Fastman (bicara) 9 April 2017 04.10 (UTC)[balas]

Penyerapan istilah "Castilla"

Saya hendak menanyakan mengenai istilah serapan "Kastilia" yang merujuk pada Kerajaan Kastila dan Takhta Kastila. Di Indonesia, kata ini diterjemahkan menjadi "Kastilia" (memakai huruf 'i' setelah l), padahal pelafalan itu tidak ditemukan di bahasa aslinya (Spanyol), yaitu "Castilla", maupun di ejaan Inggris "Castile" (silakan cek ricek di wikipedia Spanyol dan Inggris). Mesin penerjemah sendiri menggunakan istilah "kastilia". Namun dalam penerjemahan beberapa artikel yang saya lakukan, saya menggunakan kata "Kastila" karena saya rasa lebih mendekati istilah aslinya, juga lebih dekat dengan ejaan Inggris. Selain itu, ejaan "Kastilia", selain lebih sulit dalam pengucapan, saya kira kok terkesan aneh karena tidak jelas asal-usulnya. Bagaimana menurut Anda semua? Apakah ada kesalahan di mesin penerjemah atau ini dulunya kesalahan pelafalan yang diteruskan sampai sekarang, atau bagaimana? Karena banyak artikel yang sudah terlanjur menggunakan istilah 'kastilia', sehingga saya harap masalah ini bisa segera dibenarkan. Atau jika memang saya yang salah, maka akan saya perbaiki terjemahan yang saya buat. Terima kasih. Hafidh Wahyu P (bicara) 18 April 2017 15.05 (UTC)[balas]

Mungkin dari bahasa Belanda, Castilië. Menimbang, Belanda adalah gerbang pengetahuan peradaban Barat bagi negeri kita. Sebenarnya, ensiklopedia-ensiklopedia zaman dulu (dengan ejaan Suwandi) juga cenderung mengikuti ejaan Belanda. Nama-nama tokoh dan tempat dalam Alkitab pun begitu. Tentang kata Kastil (sekadar perbandingan), ejaan Kastil adalah ejaan yang tidak baku. Ejaan yang benar adalah Kastel. -- Adiputra बिचर -- 21 April 2017 14.28 (UTC)[balas]

Arsip Maret 2017

Transportasi vs. Angkutan

MRT Singapura kini tengah menjadi artikel pilihan yang ditampilkan di Halaman Utama. Di dalamnya terdapat pranala menuju Angkutan rel di Singapura tetapi setelah saya lihat, ternyata artikel tentang subjek yang terkait memiliki judul Transportasi rel seperti Transportasi rel di India, Transportasi rel di Indonesia, dan Transportasi rel di Jepang. Saya ingin menyeragamkan nama artikelnya agar dapat ditampilkan menggunakan {{Topik Asia}}, tapi sebaiknya mana yang harus digunakan, Transportasi atau Angkutan? Trims. Sersan Mayor Kururu (bicara) 8 Februari 2017 14.39 (UTC)[balas]

Saya lebih sepakat dengan "transportasi". Salam, Muhraz (bicara) 13 Februari 2017 16.31 (UTC)[balas]
Saya juga setuju dengan transportasi. Meursault2004ngobrol 8 Maret 2017 23.59 (UTC)[balas]

Istilah-istilah Katolik

Saya minta bantuannya bagi yang tau istilah-istilah Katolik, dalam hal ini mungkin @Ign christian: atau @Albertus Aditya:, pasalnya saya baru saja menemukan istilah-istilah baru ini

Pertama, saya baru menemukan istilah Eparchy yakni perwujudan dari suatu Keuskupan (Diocese) tapi dari Ritus Katolik Timur (CMIIW) cuman yang jadi pertanyaan enaknya diterjemahin begimana ya ? Eparkhi ? Eparki ? Keeparkhian ? Keeparkian ? atau Keuskupan ? Pasalnya ada beberapa artikel yang baru-baru ini memakai kata tersebut:

Kedua, saya juga baru menemukan istilah Grand Master (ordo) yakni semacam gelar/jabatan pada seorang pemimpin ordo/organisasi. Sama kaya yang diatas, yang jadi pertanyaan enaknya juga diterjemahin begimana ya ? Master Besar ? Pemimpin Besar ? atau tetep dipertahanin aja dengan sebutan bahasa Inggrisnya, Grand Master ?

& mungkin masih ada lagi yang masih belum saya pantau

--Erik Fastman (bicara) 1 Maret 2017 08.03 (UTC)[balas]

Menurut saya:
  • Ya, eparchy dalam tradisi Timur (khususnya Bizantin) sama dan setara dengan keuskupan/diosis dalam tradisi Barat. Sebaiknya diterjemahkan menjadi "eparki", contoh penggunaannya di: Kamus Teologi terbitan Kanisius, blog GOI. Dalam literatur Katolik di Indonesia, huruf "h" dalam gabungan huruf "kh" atau "ch" dari bahasa Yunani seringkali dihilangkan ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia.
  • Kata major yang digunakan dalam major archeparchy atau major archbishop sebaiknya diterjemahkan menjadi "mayor", kata "besar" terasa janggal ya. Contoh penggunaanya di: situs Katolik, blog Katolik Timur, artikel majalah Hidup, salah satu buku.
  • "Siria-Malankara" sebaiknya diseragamkan dengan "Siro-Malabar" menjadi "Siro-Malankara". Contoh penggunaannya di: blog Katolik Timur, artikel majalah Hidup.
  • Mengenai Grand Master (ordo), ini sulit. Kalau dalam konteks non-Katolik, mungkin dibiarkan saja dalam bahasa Inggris. Kalau dalam konteks Katolik, mungkin dapat juga menggunakan istilah Magister generalis sebagaimana kebiasaan kalangan Katolik di Indonesia yang tetap menggunakan istilah dalam bahasa Latin untuk kata-kata asing yang sulit diterjemahkan. Ign christian (bicara) 1 Maret 2017 09.57 (UTC)[balas]

Oh ya, saya baru ingat lagi, kalo kata Immaculate Conception itu juga enaknya diterjemahin jadi apa ya ? Kalo diterjemahkan berdasarkan pada rujukan judulnya di WBI (Dikandung Tanpa Noda) juga sepertinya rancu, pasalnya beberapa artikel menggunakan kata tersebut sebagai sebutan personifikasi (pelindung dan semacemnya):

Kalo diterjemahin jadi "Konsepsi Imakulata" juga rasanya rancu soalnya terkesan neologisme yang tentunya suatu tindakan yang perlu dihindari menurut M. Adiputra. Keliatan cocoknya sih "Perawan Tak Bernoda" soalnya saya rasa kata tersebut rada umum. Tapi menurut Anda begimana ? --Erik Fastman (bicara) 1 Maret 2017 10.55 (UTC)[balas]

Sepertinya memang tidak ada keseragaman penyebutan istilah ini dalam bahasa Indonesia, ada banyak versi. Meski tidak umum, menurut saya sih "Konsepsi Imakulata" sah-sah saja digunakan, karena kata "konsepsi" sendiri terdaftar di KBBI dan memang sinonimnya adalah pembuahan atau fertilisasi. Kalau menyebut doktrinnya, sering disebut "Dikandung Tanpa Noda" atau "Dikandung Tanpa Dosa" saja (mis. dalam Kompendium KGK). Kalau menyebut pribadinya, sejumlah gereja/paroki menggunakan nama "Maria Imakulata" (lih. Google search); bisa juga tambahkan saja kata "Maria" di depannya menjadi "Maria Dikandung Tanpa Noda" (mis. artikel di Katolisitas, kendati dalam artikel tersebut juga tidak konsisten dalam penyebutan istilahnya). "Perawan Tak Bernoda" boleh juga, ada paroki yang menggunakan versi panjangnya (Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Putussibau). Kalau menurut saya pribadi, sebutan "(Santa) (Perawan) / (Bunda) Maria", atau "Perawan" saja seperti usulan Anda, ditambahkan di depan kalau dalam bahasa Inggris juga ada sebutan "Our Lady" di depannya. Bagaimanapun, rasanya tidak perlu terlalu kaku dalam penggunaan istilah ini karena sudah terlanjur banyak versi yang digunakan dalam bahasa Indonesia, tampak sulit untuk menyeragamkannya. Ign christian (bicara) 1 Maret 2017 14.47 (UTC)[balas]
Baru muncul lagi saat ini. Untuk "eparchy" saya sepakat untuk diterjemahkan menjadi "eparki" (dan saya sudah menggunakannya beberapa kali di WBI saat membahas terkait keuskupan di beberapa negara). Untuk "Immaculate Conception" saya juga tidak menganjurkan "Konsepsi Imakulata" namun ke "Dikandung Tanpa Noda". Dalam konteks Katedral Manila, saya lebih mengarah ke Gereja Katedral Basilika Dikandung Tanpa Noda Manila. Salam. Albertus Aditya (bicara) 4 Maret 2017 05.07 (UTC)[balas]

Penghalusan kalimat

Bahasa sebagai alat komunikasi sangat penting dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Wikipedia sebagai ensiklopedia berbasis gotong-royong sangat menjunjung tinggi etika berbahasa. Tujuannya, agar pengguna lain tetap memiliki semangat berkontribusi meskipun ditegur karena telah melakukan kesalahan. Tidak dapat kita pungkiri, penggunaan kalimat kasar saat menegur atau memberi peringatan kepada pengguna lain, sangat rawan terjadi pada pengguna dengan temperamen tinggi, atau karena statusnya sebagai pengurus. Untuk itu, saya ingin membagikan beberapa contoh kalimat yang merupakan penghalusan dari "kalimat kasar" sebagai wujud ketegasan sikap seorang pengguna biasa dan pengurus kepada pengguna lain.

Contoh kalimat kasar Penghalusan
Dilarang mengirim barnstar di halaman pembicaraan saya Dengan hormat, jika berkenan, waktu lain tidak mengirim barnstar di halaman pembicaraan saya, karena sudah saya sediakan halaman khusus. Terima kasih. Salam.
Permohonan pengguna ini ditolak Pengguna ini perlu diberikan kesempatan lebih lama untuk berkontribusi
Artikel berbahasa asing yang tidak diterjemahkan atau diterjemahkan secara buruk Artikel berbahasa asing yang diterjemahkan kurang memadai.
Kenapa Anda menghapus artikel saya? Jika tidak keberatan, saya mohon penjelasan alasan penghapusan artikel saya. Terima kasih. Salam.
Artikel Anda buruk! Terima kasih telah berkontribusi di Wikipedia. Melalui kesempatan ini saya beritahukan bahwa artikel Anda berjudul Bla bla bla tampaknya perlu koreksi. Jika tidak keberatan, lengkapilah dengan referensi yang Anda miliki. Terima kasih. Salam.

Masih banyak contoh kalimat kasar yang dapat kita haluskan, agar pengguna lain tidak tersinggung, sehingga yang bersangkutan tetap semangat dalam berkontribusi di Wikipedia bahasa Indonesia. Demikian berbagi dari saya kali ini. Semoga bermanfaat. Salam. gigho (bicara) 3 Maret 2017 - 00.05 WIB

Tidak ada salahnya melakukan hal ini. Siapa tahu ke depannya Wikipedia bahasa Indonesia juga akan menghasilkan pengguna yang lebih sopan dan santun. よろしくね. ··· 🌸 Rachmat04 · 3 Maret 2017 14.58 (UTC
Sangat setuju dengan usul mas Igho, terdengar lebih bersahabat, mudah-mudahan bisa terlaksana. ibensis (What’s the Story?) 5 Maret 2017 06.25 (UTC)[balas]

Penaklukan

Halo, saya mau numpang tanya. Di Wikipedia Bahasa Inggris ada berbagai artikel tentang penaklukan, seperti Spanish conquest of the Aztec Empire, Mataram conquest of Surabaya atau French conquest of Algeria. Saya lihat di Wikipedia Indonesia ada tiga padanan yang digunakan:

Saya rasa sebaiknya tiga padanan ini diseragamkan. Kira-kira mana yang lebih tepat ya? Terima kasih sebelumnya. @Pengguna:Meursault2004  Mimihitam  8 Maret 2017 17.58 (UTC)[balas]

Kalo ane Penaklukan Perancis terhadap Aljazair --Erik Fastman (bicara) 8 Maret 2017 18.02 (UTC)[balas]

Saudara Mimihitam, yang benar ialah yang pertama: Penaklukan Aljazair oleh Perancis. Takluk itu kata kerja intransitif. Imbuhan -kan membuatnya transitif dan memiliki objek langsung. "Perancis menaklukkan Aljazair". Maka kalau diputar menjadi kalimat pasif menjadi "Ditaklukkannya Aljazair oleh Perancis" -> Penaklukan Aljazair oleh Perancis. Meursault2004ngobrol 8 Maret 2017 20.03 (UTC)[balas]

Terima kasih mas atas penjelasannya. Kalau tidak ada yang menentang, saya akan pindahkan semua halaman yang memakai varian lain menjadi "penaklukan (tempat yang ditaklukan) oleh (negara yang menaklukkan)."  Mimihitam  8 Maret 2017 20.20 (UTC)[balas]

Oh ya, trus kalo Penjajahan, Penaklukan, Invasi, (negara A) di bawah pemerintahan (negara B), (negara A) di bawah kekuasaan (negara B), kolonisasi (negara A) di (negara B), mana yang bener ?

NB: Menurut saya selama ini kata Penjajahan itu berkonotasi negatif dan standar ganda. Seperti di pelajaran sejarah di sekolah-sekolah Indonesia misalnya, Porto, Spanyol, Inggris, Perancis, Belanda & Jepang disebutnya ngejajah sementara bangsa-bangsa lain macem Tiongkok, Ottoman, Arab, Mongol, Majapahit & Sriwijaya dibilangnya cuman menaklukan/menguasai (kata yang cenderung netral). Apa sebab suatu bangsa dikatakan menjajah atau menaklukan/menguasai juga tidak jelas. Apa karena negara tersebut dianggap melakukan perbuatan tak menyenangkan (pembunuhan, perampasan, perbudakan) Mongol juga melakukan pembantaian, lebih besar malah ngelebihin bangsa-bangsa Barat & terbukti dari mereka sekarang kena karmanya sekarang negaranya cuman jadi landlocked diantara Rusia & Tiongkok. Apa karena negara tersebut tidak disenangi oleh negara yang pernah ia kuasai, Arab & Ottoman juga dicemberutin ama kali ama Balkan & Spanyol, Majapahit juga dicemberutin kali sama orang-orang Sunda, makanya nama jalan Gajah Mada & Hayam Wuruk nggak ada disana.

Menurut saya sih ini lebih ke arah sentimen aja terhadap bangsa-bangsa Barat (kek kasusnya sentimen terhadap Freeport milik Amrik di Papua gitu) Mungkin dalam hal ini WBI juga harusnya bersikap netral kali ya dalam hal ini mengontrol penggunaan antara kata menjajah & menguasai/menaklukan --Erik Fastman (bicara) 9 Maret 2017 03.59 (UTC)[balas]

Terbesit juga sebenarnya pertanyaan soal "kolonisasi". Contoh: kolonisasi Spanyol di Amerika, apakah lebih baik diubah menjadi kolonisasi Amerika oleh Spanyol? Terkait penjajahan/penaklukan, bung Erik ada benarnya. Indonesia tidak pernah berada di bawah kekuasaan Utsmaniyah, jadinya tidak pakai istilah "penjajahan", tapi kalau kita orang Bulgaria atau Serbia pasti akan memakai kata serupa, bahkan ada salah satu orang Bulgaria yang saya kenal yang mengeluh kalau mereka "diperbudak" oleh Utsmaniyah selama ratusan tahun. Jadi tergantung perspektif saja, dan saya setuju kalau WBI sebaiknya memakai istilah yang lebih netral seperti "penaklukan". Salam.  Mimihitam  9 Maret 2017 09.08 (UTC)[balas]

Jaman dulu kata jajahan atau penjajahan sebenarnya tidak berkonotasi negatif. Artinya hanya daerah yang dikuasai saja. Tapi memang benar sih ada semacam standar ganda. Mungkin karena sejarah penjajahan oleh Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris masih dikenal dengan baik. Jepang itu sebenarnya tidak menjajah Indonesia, tetapi menduduki. Orang Monggol malah kalah sama orang Jawa, karena mereka tidak biasa berperang di laut dan di hutan. Sebab saat itu adalah masa perang. Kalau bangsa Tiongkok, India dan Arab kan tidak diketahui apakah mereka benar-benar menjajah Indonesia? Yang terjadi ada migrasi. Masalah Majapahit dan Sunda itu sebenarnya perseteruan atau rivalitas. Majapahit kan tidak pernah menguasai Jawa Barat. Malah Mataram pernah. Meursault2004ngobrol 9 Maret 2017 11.43 (UTC)[balas]

Yaws

Yaws terjemahan bahasa Indonesianya apa ya? Hanif Al Husaini (bicara) 24 Maret 2017 07.12 (UTC)[balas]

Frambusia atau Patek. -- Bagas Chrisara (bicara) 24 Maret 2017 10.25 (UTC)

Arsip Februari 2017

Sharpshooter dan marksman

Ada artikel berjudul Penembak Jitu (dengan "j" kapital) yang diterjemahkan dari artikel bahasa Inggris, sharpshooter. Padahal ada artikel yang judulnya serupa Penembak jitu (dengan "j" kecil) yang artikelnya terhubung dengan artikel bahasa Inggris marksman. Adakah perbedaan antara isi dua artikel ini yang mengharuskan ditulis ke dalam dua artikel berbeda? ··· 👦 Rachmat04 · 💬 22 Desember 2016 08.54 (UTC)[balas]

sesuai info yg saya dapat dari artikel marksman ini : "In popular and historical usage, " sharpshooter " and "marksman" are considered synonyms. Within the shooting sports and military usages today, however, sharpshooter and marksman refer to distinctly different levels of skill, which are never conflated. Specifically, in the US Army, "marksman" is a rating below "sharpshooter" and "expert".". Jadi sebenarnya, di kalangan umum, marksman dan sharpshooter itu sinonim, namun untuk di kalangan militer AS, kedua kata ini menunjukkan tingkat kemampuan yang berbeda, jadi ada baiknya kedua artikel tersebut tetap dipertahankan, namun saya tidak punya ide soal gimana cara membedakan judulnya. Semoga membantu :D ardhan (bicara) 31 Desember 2016 04.38 (UTC)[balas]
Oke, keputusan saya, kedua artikel itu saya ganti judulnya pake judul bahasa Inggrisnya & laman penembak jitu saya jadikan halaman disambiguasi --Erik Fastman (bicara) 8 Februari 2017 15.05 (UTC)[balas]

Kemarin, saya merintis artikel bertopik bahasa berjudul Memorabilia. Setelah selesai, saya mencoba meng-interwiki-kan ke dalam bahasa lain, namun ternyata sudah ada artikel sejenis yang terbubung, yaitu Cendera mata. Di artikel bahasa Inggris pun, en:Memorabilia sendiri ternyata juga sudah dipindahkan ke en:Souvenir. Namun dari isinya, saya melihat perbedaan pengertian antara memorabilia dengan cendera mata, di mana menurut saya, memorabilia bukan sekadar cendera mata. Lantaran itulah, sampai sekarang saya belum memindahkan artikel Memorabilia ke Cendera mata. Barangkali artikel saya kurang pas, mohon kawan-kawan, yang berkenan, dapat membandingkan antara keduanya, dan memberikan komentar di sini. Demikian yang saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan kawan-kawan, saya sampaikan terima kasih. Salam hangat dari saya. gigho (bicara) 22 Januari 2017 - 01.43 WIB

Jika berkenan, dengan hormat dan sedikit menghiba-hiba saya mengundang beberapa pengurus untuk berkomentar di sini @Bonaditya: @Farras: @Kenrick95: @Hidayatsrf: @Arifin.wijaya: @JohnThorne: @Erik Fastman: @Murbaut: @Johnstad Di Maria: @Meursault2004: @RaymondSutanto:. Jika tidak ada tanggapan, postingan saya ini akan segera saya arsipkan. Terima kasih. Salam gigho (bicara) 3 Februari 2017 - 01.57 WIB
Menurut definisi KBBI kedua istilah itu berbeda, jadi dapat tetap berupa dua artikel yang terpisah. Mengenai pranala ke artikel bahasa Inggris, tidak jarang ada dua artikel bahasa lain yang hanya menjadi satu artikel dalam bahasa Inggris, sehingga dapat diberi interwiki secara manual. Demikian saran saya. JohnThorne (Bicara) 2 Februari 2017 21.25 (UTC)[balas]
Terima kasih atas jawaban Anda, Mas John. Salam gigho (bicara) 8 Februari 2017 - 21.46 WIB

Aksi 112 VS Aksi 11 Februari

Saya mau nanya, apakah Aksi Bela Islam VI cocoknya diberi judul Aksi 112 mengingat aksi tersebut populer dengan sebutan itu atau Aksi 11 Februari seperti halnya Aksi 4 November (Aksi 411) sama Aksi 2 Desember (Aksi 212). Sekedar info aja, penyebutan aksi-aksi tersebut dengan sebutan angka semua (411, 212, 112) seingat saya baru dilakukan saat aksi 212, sementara pada masa-masa sebelumnya terutama pada aksi 411, aksinya masih disebut Aksi 4 November.

Apakah penyebutan aksi-aksi tersebut harus kompakan semua (yang satu pake angka semua maka yang lainnya juga pake angka semua, yang satu nyebutin nama bulannya maka yang lainnya juga nyebutin nama bulannya) atau nggak perlu kompakan, aksi yang terjadi pada masa 411 disebut dengan nama panjangnya karena pada masa kontemporer dikenal dengan nama kepanjangannya & baru disebut dengan singkatan pada masa belakangan sementara aksi 212 & 112 disebut dengan sebutan singkatannya karena pada masa kontemporer sudah dikenal dengan sebutan singkatannya.

Sekadar tambahan aja, Malaysia Airlines Penerbangan 370 itu baru populer istilah MH370 itu pada waktu belakangan pada masa pencarian, walaupun sebetulnya penyebutan MH370 sudah ada bahkan sebelum terjadi musibah tersebut tapi tetep aja pada penulisan judulnya di Wikipedia, nama artikelnya memakai nama panjangnya, Malaysia Airlines Penerbangan 370. Meskipun sebetulnya beda konteks, MH370 itu sebutan rute penerbangan yang mengalami musibah, sementara aksi 411, 212, 112 itu aksi sosial) --Erik Fastman (bicara) 12 Februari 2017 06.31 (UTC)[balas]

Saya mengusulkan mengganti frasa "aksi damai" hanya dengan kata "aksi" saja untuk gerakan 4 November 2016, sebab kenyataannya aksi tersebut berbuntut ricuh yang disebabkan oleh belum bubarnya pada saat batas waktu demo. gigho (bicara) 14 Februari 2017 - 02.29 WIB
Hhhhmmm... menurut saya boleh juga sih. Tapi menurut saya kasusnya jadi kayak Kekaisaran Romawi Suci, namanya sih boleh pake kata "suci" tapi ya bukan berarti bersih dari kesalahan --Erik Fastman (bicara) 14 Februari 2017 02.53 (UTC)[balas]
Ya, begitu juga boleh, asal fakta ricuhnya tetap dipaparkan. Salam gigho (bicara) 14 Februari 2017 - 12.31 WIB
Saya malah berpikir bahwa masukkan saja isi artikel itu ke Aksi Bela Islam karena aksi terakhir ini dampaknya kurang luas dibandingkan aksi ke-2 dan ke-3. Kalau tidak dilakukan demikian, saya berpikir bahwa aksi-aksi atau demonstrasi-demonstrasi lainnya (misalnya setiap kali ada demo antikenaikan harga BBM) bisa jadi memiliki artikel sendiri atas dasar dipertahankannya artikel "aksi 112". Salam. ·· Kℇℵ℟ℑℭK 14 Februari 2017 05.58 (UTC)[balas]
Artikel tentang demo boleh kok dimasukkin Wikipedia, contohnya nih yang di luar negeri: 8N sama 18A --Erik Fastman (bicara) 14 Februari 2017 06.32 (UTC)[balas]
Iya, maksud saya adalah untuk yang dampak demonya tidak besar, seperti "aksi 112" ini, digabungkan saja ke artikel utamanya. Salam. ·· Kℇℵ℟ℑℭK 14 Februari 2017 13.13 (UTC)[balas]

Liga Utama Inggris

Permisi. Saya mau bertanya untuk judul artikel liga sepak bola Inggris (Premier League) dalam bahasa Indonesia menjadi Liga Utama Inggris 2016–17 atau Liga Primer Inggris 2016–17. Terima kasih. Yogwi21 (bicara) 15 Februari 2017 04.35 (UTC)[balas]

Resor atau Resort?

Singkat saja, saya sedang "berjalan-jalan" dan menemukan artikel tentang Kepolisian Resort/Resor (Kepolisian Resort Magelang Kota; Kepolisian Resort Cirebon; Kepolisian Resort Sorong). Di KBBI daring, yang ada hanyalah resor. Artikel terkait Polres di WBI pun bertitel Kepolisian resor. Saya berniat memindahkan artikel-artikel tsb per KBBI, tetapi sepertinya ada neologisme yang mengakar kuat tentang pemakaian kata "resort" di WBI, contohnya semua artikel dengan prefiks Komando resort militer (semuanya menggunakan "resort" dibandingkan "resor"). Bagaimana pendapat komunitas? -- Bagas Chrisara (bicara) 15 Februari 2017 08.27 (UTC)

Disesuaikan dengan PUEBI (KBBI) saja, Mas. Kalau memang yang baku adalah "resor", semua "resort" kita pindahkan ke "resor". Sedangkan artikel pengalihan dengan kata "resort" biarkan saja, untuk mengakomodasikan para pengunjung yang salah ketik "resort" saat pencarian di google atau langsung di Wikipedia. Dengan demikian, belajar dari kesalahan tersebut, ketika digiring menuju artikel yang benar ejaannya, maka pengunjung (atau kita semua) akan terbiasa menggunakan ejaan yang betul. Salam gigho (bicara) 15 Februari 2017 - 17.58 WIB
Saya pun sependapat dengan Mas Igho perihal pemindahan artikel-artikel terkait, dengan membiarkan halaman pengalihan ke judul yang baru. Dalam hal neologisme, penggiringan opini publik dapat dimulai setidaknya dari Wikipedia. Contoh kecilnya tentu saja dengan melaksanakan metode sederhana ini. Salam. -- Bagas Chrisara (bicara) 15 Februari 2017 23.46 (UTC)

Arsip Januari 2017

Empress, Duchess, & County

Saya mau nanya, sebenernya apa sih terjemahan yang cocok untuk kata "Empress" (sebutan untuk Kaisar/Emperor tapi yang berjenis kelamin perempuan), apakah itu:

Selain itu juga, bagaimana dengan gelar "Duchess" (sebutan untuk Duke (biasanya saya lihat diterjemahkan menjadi "Adipati" dalam bahasa Indonesia) tapi berjenis kelamin perempuan, CMIIW), apakah itu:

Selain itu juga, saya seringkali menerjemahkan "County" menjadi "Kabupaten", pasalnya dari yang saya lihat, wilayah "County" berada di bawah Provinsi (meskipun biasanya Kabupaten di Indonesia diterjemahkan menjadi "Regency"). Kalau begitu, bisakah kalo kata "Count" (kepala dari sebuah County) diterjemahkan menjadi "Bupati" (kepala Kabupaten) dan Countess (sebutan untuk Count tapi yang berjenis kelamin perempuan) diterjemahkan menjadi "Istri Bupati/Bupati Wanita" --Erik Fastman (bicara) 8 Januari 2017 07.34 (UTC)[balas]

Mengenai county

Sepertinya saya ingat pernah ada diskusi tentang county dan sempat cukup hangat. Menurut saya ini istilah yang tidak dapat diterjemahkan dan biarkan saja tetap "county" dan tidak dapat setara dengan "kabupaten" karena tidak konsisten per negara (di RRT, "county" itu dati ke-3; di Amerika Serikat, "county" itu dati ke-2). Salam. ·· Kℇℵ℟ℑℭK 9 Januari 2017 10.33 (UTC)[balas]

Mengenai "Kaisarina"
Jujur saja, neologisme ini sudah parah. Entah dari manakah sumbernya. Speechless saya saat tahu bahwa neologisme itu mampu bertahan di Wikipedia ini selama bertahun-tahun. -- Adiputra बिचर -- 10 Januari 2017 14.00 (UTC)[balas]

Paviliun → Bangsal

Ada yang bisa mengubah seluruh kata Paviliun menjadi Bangsal nggak di WBI, kek pas dulu si Benny ngubah-ngubah kata Cina jadi Tiongkok/Tionghoa, pake bot sekalian gitu. Karena saya lihat di artikel en:Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kata paviliun dipadankan dengan kata bangsal. Biar nggak terlalu neoglotisme gitu --Erik Fastman (bicara) 12 Januari 2017 13.36 (UTC)[balas]

paviliun itu sudah ada di KBBI kok. ·· Kℇℵ℟ℑℭK 12 Januari 2017 13.43 (UTC)[balas]

Templat Tahukah Anda yang terlindung

Gak tahu sih apa bener apa nggak minta di bagian sini. Tapi Templat:Tahukah Anda/Januari untuk hari ini (25 Januari), link Harpi yang dimaksud itu Elang Harpi (elang beneran di Amerika Selatan, bukan makhluk mitologi seperti di artikel). Artikel b. Inggrisnya ada di en:Harpy eagle. Saya nggak edit karena templatnya dilindungi. Trims. Sersan Mayor Kururu (bicara) 25 Januari 2017 09.36 (UTC)[balas]

 Telah disunting, terima kasih koreksinya, untuk mencegah vandalisme, templat-templat yang dipakai di halaman utama memang dikenakan perlindangan beruntun, dan bisa minta bantuan pengurus kalau ingin menyuntingnya, atau tambahkan {{edit protected}} di halaman pembicaraanya.--Hidayatsrf (bicara) 25 Januari 2017 09.56 (UTC)[balas]